Inovasi itu membedakan antara pemimpin dengan pengikut. Kata-kata mendiang Steve Job, bosnya Apple ini cukup menggambarkan fenomena hal-hal yang sedang ngehits atau sedang nge-tren saaat ini.
Contohnya saja fenomena tahu bulat yang membuat orang ramai-ramai berjualan cemilan ini. Sedikit mundur ke belakang jajanan semacam ayam goreng tepung, jus, cingcau capucino, seblak, basreng atau cimol atau sekarang cimin yang lagi ramai pun banyak kita temui pedagangnya wara-wiri di pinggiran jalan sampai mall. Di sisi lain, inovasi juga bukan monopoli buat pemilik gagasan utama, yang bisa memodifikasi hal yang lama jadi hal yang baru juga termasuk di antaranya. Mau bukti?
Let's say vendor ponsel sejuta umat yang akhirnya
kolaps karena keukeuh peuteukeuh tidak mau mengikuti perkembangan zaman, ahirnya terpinggirkan dalam persaingan pasar ponsel. Duh sedih, ya.
Ngomong-ngomong soal persaingan dan inovasi, ada hal menarik yang dilakukan oleh Alfamart, jaringan mini market yang sudah 18 tahun masih eksis ini menjadikan warung-warung kecil (UMKM) sebagai mitra, bukan kompetitor yang harus disisihkan. Nah, lho. Baru tau, kan? Dulu kalau saya pulang bepergian dan mampir ke Alfamart kadang suka merasa ga enak sama Teh Anna, pemilik warung yang lokasinya deket banget dengan rumah. Setiap pergi atau pulang mesti deh lewat warungnya. Pikiran saya waktu itu, saya khawatir Teh Anna mikir gini, "Kok belanjanya di Alfa, sih/ Kenapa ga majuin warung tetangganya?'
Sampai satu waktu saya sempat lihat sales motor sedang mengantar pesanan untuk warungnya Teh Anna. Dan teman-teman, tau ga sih kalau ternyata sales motor ini dari Alfamart, lho. Karena kepo akhirnya saya tanya, deh. Ya daripada jadi jerawat, kan? Hahaha... ternyata memang barang-barang yang ada di warungnya ini disuplai oleh Alfamart. Ih, kok bisa,ya? Cuma untuk hal ini saya ga berani nanya lagi, hehehe...
Baru deh beberapa hari kemudian ketika saya dan teman-teman mendapat undangan untuk hadir dalam acara Pelatihan Manajemen Ritel yang diadakan oleh Alfamart cabang Nanjung, Cimahi saya merasa tercerahkan. Pelatihn yang dihadiri sekitar 100 pemilik warung mitra binaan Alfamart ini berjalan dengan seru dan menarik. Nara sumber hari itu, Kang Yogie Septiana Rochman (Branch Trainer PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk) dan Bapak Ardi Sulardi ( (Branch Manager PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk).
Ada beberapa skill yang mau tidak mau dikuasai oleh para pemilik warung agar tetap eksis dan ramai dikunjungi oleh pembeli. Nih, saya share di sini, ya.
Pemahaman yang Baik Mengenai Produk
Skill yang satu ini juga berlaku untuk para pemilik warung. Kang Yogie memberikan contoh produk Pocarie Sweat untuk hal ini. Dari kemasannya, Pocarie Sweat ini tersedia dalam kemasan botol, kaleng, dan sachet. Jadinya ketika ada calon pembeli yang bertanya, pemilik warung sudah siap melayani petanyaan calon pembeli. Pengetahuan produk lainnya yang harus dikuasai juga mencakup varian rasa (misalnya mie instan), berbagai ukuran produk, produk subtitusi dan pelengkap sampai tanggal kadaluarsa.
Manajemen Persediaan yang Rapi
Dari sekian item yang dipajang di warung, tentunya ada beberapa produk yang rasio perputaannya cepat. Misalnya mie instan, telur, minyak goreng, deterjen, dan sebagainya. Hal ini sangat penting agar tidak menganggu cash flow warung ketika akan menambah lagi persediaan. Jangan sampai ada item tertentu yang menumpuk sementara itemlainnya malah habis sama sekali. Saat memesan barang ini juga jika dilakukan pencatatan yang baik kita bisa menganalisa kapan habisnya barang tertentu. Semisal minyak goreng yang habis terjual 20 pouch dalam seminggu,maka kita bisa menentukan kapan dan berapa banyak pouch minyak goreng yang akan dipesan lagi kepada supplier. Soal jumlah dan rentang waktu ini juga bepengaruh pada berapa banyak uang yang harus disiapkan untuk membayar pesanan persediaan barang, kan?
Pelayanan yang Baik
Pelayanan yang baik juga diperlukan untuk membangun chemistry (((chemistry))) dengan pembeli. Malesin kan kalau pembelinya jutek, melayani asal-asalan apalagi kalau terkesan ga fokus, misalnya asik menonton tv atau maenin hp dan kita pembeli yang datang adalah mahluk tidak penting yang harus segera pergi agar tidak mengusik keasikannya. Jangan gitu, ah.
Makanya tagline pembeli adalah raja, memang bener. Risiko kalau nemu yang cerewet, banyak nanya tapi akhirnya beli sedikitnya layani aja dengan sabar :) Karena kita ga tau kan justru senyum manis sama pembeli itu yang akan membuat dia mau balik lagi untuk belanja, padahal cuma beli air mineral sebiji.
Eh jangan salah, sebotol air mineral pun pasti ada selisih harga yang jadi sumber pemasukan alias keuntungan. Prinsip dagang ala orang Cina yang bilang: mending untung sedikit tapi yang beli banyak masih tetap berlaku, lho. Sebagai ilustrasi, mini mart Alfamart tercatat mendapat kunjungan 450 orang setiap harinya. Bisa dibayangkan kira-kira keuntungan yang massuk per harinya klau misalnya saja minimal seorang pengunjung membelanjakan uangnya senilai Rp.25.000?
Kepandaian merayu pembeli juga jadi salah satu cara agar keuntungan yang masuk bisa lebih banyak, Misalnya kalau ada yang membeli mie goreng kenapa tidak kita coba untuk membeli telur, kecap atau saos? Siapa tau kan persediannya udah habis. Iming-iming sensasi rasa yang lebih enak bisa membuat mereka tidak segan menambah pengeluarannya untuk membeli item lainnya.
Display yang Menarik
Jangan mau kalah juga sama display di toko-toko mini market. Warung yang penataan barangnya lebih rapi akan lebih mudah menarik pembeli daripada yang penataannya berantakan. Boro-boro mau beli, lihat dari luar aja orang akan berpikiran, "kayaknya barang yang saya cari ga ada, deh" Padahal mungkin saja ada lho, tapi karena menyimpannya ga rapi jadinya tidak terlihat. Hilang deh, satu potensi pemasukan.
Kepandaian menangakap peluang lain juga diperlukan. Selain menjual item lain semisal pulsa/token listrik, pemilik warung juga bisa menyediakan produk lain yang sifatnya musiman tapi banyak dicari. Saat musim hujan seperti ini jas hujan bisa jadi salah satu sumber pemasukan yang bisa didapatkan. Ga usah yang mahal-mahal juga, kok. Kita bisa menawarkan jas hujan yang murah pengunjung yang numpang berteduh, kan?
Manajemen Keuangan
Hanya karena warung kecil bukan berarti sistem pencatatan keuangannya bisa asal-asalan. Pencatatan yang rapi akan membuat kita mengetahui kalau keuangan warung dikelola itu sehat atau enggak. Makanya pisahkan deh tuh uang yang dipakai untuk keperluan pribadi, jangan ngambil dari uang hasil transaksi di warung.
Hal lainnya yang perlu dicatat juga termasuk biaya-biaya lain seperti biaya listrik, kebersihan dan lainnya yang diperlukan dalam mengelola warung. Hanya karena warung kecil bukan berarti sistem pencatatan keuangannya bisa asal-asalan. Pencatatan yang rapi akan membuat kita mengetahui kalau keuangan warung dikelola itu sehat atau enggak.
Menghargai Diri sendiri
Walau posisi kita sebagai pemilik warung bukan berarti kita ga bisa mendapt gaji. Kalau kita tidak punya waktu mengelola warung pasti akan menggaji orang lain untuk menjaganya, kan? Nah, tentukan berapa sih layaknya kita mendapat gaji dari warung.Misalnya kita tentukan untuk mendapat gaji sebanyak dua juta rupiah dalam sebulan. Ini akan membantu kita dalam menentukan margin harga dari setiap item agar bisa mendapat gaji.
Pengendalian Lingkungan (Informatif)
Kalau Alfamart punya program membagikan brosur ke rumah-rumah untuk menginformasikan promo yang sedang berlangsung, promo dari mulut ke mulut bisa dimanfaatkan untuk menjaga awareness dengan para pelanggan.
Misalnya kalau membeli deterjen merk ini, berhadiah piring. Nah, minta tolong deh, sama pembeli kita untuk menceritakan pada yang lain kalau di warung kita lagi ada promo ini. Makanya, pembelinya jangan dijudesin :). Bisa juga lho, biaya hadiah ini kita sendiri yang menyediakan, tidak usah nunggu gimmick dari brand/supplier. Untuk menutupi biayanya, bisa dibebankan ke harga jual barang. Trik menentukan selisih harga jual barang semisal produk ini lebih murah sedikit tapi ditutup dengan harga jual barang lain juga bisa dilakukan.
Hal lain yang kadang sepele tapi berpengaruh adalah konsistensi kapan waktu bukan dan kapan kita akan menutup warung. Jam buka warung yang konsisten akan membuat calon pembeli tahu kapan waktu yang tepat untuk berbelanja. Jangan sampai membuat mereka kapok hanya karena kecewa ketika akan berbelanja eh malah tutup. Padahal mereka tahunya saat datang itu seharusnya warungnya buka.
Data BPS terakhir menunjukan bila sektor ritel di Indonesia mengalami trend penurunan. Bukan hanya menimpa pelaku ekonomi raksasa tapi juga terjadi pada pelaku UMKM kecil dan menengah. Hal ini juga diakui oleh para peserta manajemen hari itu. Makanya inovasi adalah hal yang tidak bisa tidak untuk terus dilakukan agar bisa tetap eksis. Di sisi lain cara tetap untuk kokoh tidak selalu identik dengan kata persaingan. Berkolaborasi dengan sesama pelaku usaha sejenis bisa jadi cara untuk saling menguatkan seperti apa yang dilakukan oleh Alfamart bersama para mitra binaannya.
Sukses selalu untuk Alfamart dan para mitra binaannya.