Quantcast
Channel: Catatan Efi
Viewing all 733 articles
Browse latest View live

Mengoreksi Kembali Gaya Hidup dan Rasa Bahasa

$
0
0
Apa sih, penyakit nomor satu yang mematikan di dunia? Kita mengenal  Aids sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Namun dari hasil penelitian, ternyata terjadi pergeseran persentase penyebab penyakit mematikan antara penyakit menular dan penyakit tidak menular.  Pada tahun 1990 perbandingan antara penyakit menular dan penyakit tidak menular adalah sebesar 56% untuk penyakit menular, 37% disebabkan penyakit tidak menular dan sisanya sebesar 7% terjadi karena cedera.
Foto: pribadi
 Namun dalam selang waktu 25 tahun, persentase penyebab kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular mengalami kenaikan yang signifikan. Dari data yang dirilis oleh WHO, ternyata pencetus kematian yang dikarenakan penyakit tidak menular menyumbang angka sebesar 57%,  30%  oleh penyakit menular dan sisanya  13% dikarenakan cedera.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/
Tingginya kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi risiko terkena penyakit menular ternyata tidak dimbangi oleh kesadaran untuk menjaga kesehatan agar terbebas dari risiko penyakit tidak menular. Kok bisa, ya?  Gaya hidup modern sekarang ternyata jadi salah satu penyebabnya. Itu yang saya dapatkan ketika mengikuti acara Urang Bandung Dukung Germas yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan di hotel Savoy Homann, pada 21 April 2017. Bersama 20 blogger Bandung dan 15 blogger Jawa Barat lainnya, saya mendapatkan pencerahan untuk mengoreksi lagi gaya hidup yang selama ini berisiko.Apalagi  umur saya udah ga muda lagi, lho. .
Tanya jawab blogger dengan narsum Foto: pribadi
Dalam paparan yang disampaikan oleh nara sumber drg Oscar Primadi MPH, Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Masyarakat, Indra Rizon, Kepala Bagian Hubungan Media dan Lembaga Kemenkes RI,dan Uus Sukmana, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, disampaikan beberapa contoh gaya hidup yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif. Misalnya saja stroke,diabetes, darah tinggi, paru-paru bahkan diare yang juga bisa menyebabkan kematian. Penyakit-penyakit ini umumnya timbul karena :
  • Jarang bergerak/beraktivitas/malas
  • Kurangnya makan makan berserat (buah dan sayur)
  • Minum minuman bersoda
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/
Dari penyebab di atas, yang paling mudah saya hindari minum-minuman bersoda. Dalam sebulan belum tentu saya minum minuman ini. Pernah juga kecele waktu nonton di bioskop. Waktu itu, saya lapar dan haus berat. Akhirnya memutuskan untuk membeli paket pop corn dan minuman dari pramuniaga yang wara-wiri di dalam studio beberapa saat sebelum film diputar. Eh,  dasar, Saya lupa minta minuman teh (biasanya ada dua pilihan, soda atau teh). Saya terima aja  waktu dikasih minuman dalam gelas ukuran kecil. Oalah, begitu diseruput rasanya ga enak banget di tenggorokan. Ternyata isinya soda. -_-.  

Sebenarnya untuk makan makanan berserat, bukan hal yang sulit bagi saya. Bahkan kalau lagi ada jamuan atau makan di luar nemu salad, saya bakal  mendahulukan salad buah atau sayur.  Selalu begitu. Rasanya sudah seperti ritual wajib saja. Sedangkan kalau di rumah, kebanyakan pas lagi inget  :).  Lebih suka beli buah di tukang buah potong, karena porsinya pas, ga mubazir.  Memang sih, lebih murah kalau beli banyak satu buah/per kilo. Sayangnya suka bersisa dan berakhir di tempat sampah. Sayang banget, kan? 
sebenarnya kurang banyak porsi buahnya, nih :) Foto: pribadi
Beberapa waktu lalu saya sempat menjalani diet food combining(FC),  memulai hari dengan minum air lemon dan sarapan dengan buah. Barulah setelah jamnya makan siang saya makan biasa sampai malam. Memang bener kok, waktu itu saya merasa sehat, lebih bugar dan ehm... wajah terlihat lebih segar. Sekarang, terlalu lama cheating susah rasanya mau balik lagi menjalani pola mana ala FC.
Salad... yummy.... Foto: pribadi
Kalaupun saya enggak bisa diet ala-ala FC itu kembali, setidaknya porsi makan sayur dan buahnya nih yang harus ditambah lagi. Kalau dibilang mahal sih enggak juga. Tergantung buah dan sayur apa yang akan kita konsumsi dan bagaimana memvariasikannya.  Ya, biar enggak bosen lah.  Makanya kalau ada kesempatan nemu buah dan sayur, sayang sekali kalau dilewatkan. Lagi pula buah-buahan lokal  selain murah juga lebih segar  dan sehat karena  bebas dari pengawet . Misalnya saja apel lokal yang bebas dari wax/lilin yang biasa digunakan untuk mengawetkan apel impor agar tidak cepat rusak.
Pisang lokal juga ga kalah bagus kualitasnya dan pasti menyehatkan juga. Foto: pribadi
PR terbesar alias nomor satu buat saya adalah olahraga.  Pernah terbersit keinginan untuk lari pagi ke gor Pajajaran, lari-lari kecil dengan porsi waktu/putaran yang pas dengan kemampuan. Sayangnya masih dalam rencana. Niatnya yang kurang banget  :).

Tapi ada kabar baiknya juga kalau ternyata belum sempat berolahraga. Aktivitas fisik lain seperti jalan kaki,  naik tangga datipada menggunakn lift/eskalator atau melakukan pekerjaan rumah juga ternyata bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular itu tadi.  Hayooo,  masih malas dan nyari alasan buat enggak bergerak?

Walau tidak menular, penyakit degenaratif ini  bisa disebut 'silent killer'.  Kebanyakan orang merasa baik-baik saja tapi begitu diperiksa ternyata sudah sampai kondisi siaga. Penyebabnya ya karena cuek atau tidak mau memperbaiki gaya hidupnya.

Di tengah paparan materi hari itu, kami diajak untuk bergerak, semacam senam ringan untuk melakukan peregangan.
Foto: Mbak Wawa
Dari layar di sisi kanan dan kiri panggung acara, saya dan teman-teman blogger mengikuti beberapa gerakan selama kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang sama juga kami ulangi pada sore hari. Aktivitas peregangan ini juga jadi aktivitas harian yang dilakukan oleh jajaran pejabat dan staf serta karyawan di kementerian kesehatan.  Gerakan peregangan yang ringan ini bisa dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja.  Tentu saja,  untuk tempat dikondisikan kan, ya.  
Gerakan Masyarakat  Hidup Sehat (Germas) yang dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku hidup sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kita garis bawahi kualitas hidup. Kalau sudah sakit, produktivitas akan menurun, pekerjaan yang harusnya selesai jadi terbengkalai dan mengganggu target-target yang ingin dicapai. Sayang sekali, kan?  Di sisi lain gaya hidup yang tidak sehat juga bisa membuat pos pengeluaran kita mengalami kebocoran karena ada pos tambahan untuk berobat.   Sehat itu murah, sakit itu mahal. Setuju?

Beberapa aktivitas hidup sehat yang bisa dilakukan agar kualitas hidup tetap terjaga antara lain adalah seperti yang digambarkan berikut:
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/

Jangan lupa juga untuk melakukan tes kesehatan secara berkala.  Ini juga jadi PR besar dan masih banyak yang enggan menjalani. Adanya kekhawatiran  akan ada hasil yang bisa membuat parno adalah alasan yang paling umum kita dengar.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/media-kit/20170421/1520574/temu-blogger-kesehatan-jawa-barat-2017/
Padahal kalau sudah menjalani tes, kemungkinannya hanya ada dua. Bersyukur karena ternyata kekhawatiran tidak terjadi setelah hasil tes/pemeriksaan keluar. Sedangkan jika sebaliknya, bisa segera menegakan diagnosa untuk mengobati atau meminimalkan risiko yang mungkin akan muncul dari penyakit yang ditemukan. Saya sudah melalui tes  gula darah, tensi dan kolesterol beberapa waku lalu. Alhamdulillah, hasilnya  positif. Tapi tes lainnya belum, nih :)  

Selesai mendapatkan paparan seputar gaya hidup sehat, acara selanjutnya diisi oleh Anwar Natari, yang membahas rasa bahasa dalam gaya tulisan. Saya tergelak, sedikit tersentil juga ketika narsum yang akrab disapa Mas Awai ini memberikan contoh penggunaan diksi yang bis membingungkan atau mengaburkan makna.
Aanwar Natari, mengajak audiens mengoreksi rasa bahasa  biar ga salah paham. Foto: pribadi
Sebelum acara di Savoy Homann ini saya sudah pernah mengikuti  paparannya juga di acaranya Bloggerday bersama Blogger Crony. Bosen? Enggak juga, tetap asik, apalagi di sesi games parmainan kata. Apa yang ingin kita sampaikan ternyata belum tentu  pemahamannya sama dengan lawan bicara. Misalnya saja ketika mendeskripikan kata 'bingung',  saya dan teman-teman dalam kelompok meja yang sama tidak bisa sekaligus menerangkan kata bingung kepada teman yang ditunjuk sebagai penebak.

Begitu juga ketika muncul kata malu, deskripsi yang disampaikan bermacam-macam namun  pemahaman yang diterima oleh penebak ternyata tidak sama. Pengalaman setiap orang kan beda-beda. Bagi orang lain contoh kejadian yang memalukan belum tentu punya rasa yang sama buat yang lainnya. Kami sukses ngakak dibuatnya di sesi ini. Seru, deh.


Beberapa hal lain yang juga  bisa membuat komunikasi jadi masalah. Penggunaan tanda baca (dalam tulisan) atau latar belakang suku di mana pemakaian kata tertentu bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda.  Kata kami dan kita misalnya.

Di daerah tertentu, kata 'kita' digunakan sebagai kata ganti orang pertama dalam bentuk jamak, punya arti yang sama dengan kami. Padahal di tempat lain,  kata kita umumnya dipahami sebagai kata ganti orang pertama yang melibatkan lawan bicara. Jika bertemu dengan orang lain yang pemahamannya berbeda, bukan tidak mungkin bisa menimbulkan salah paham. Kita?  Elu aja kali. Pernah dengar ungkapan ini,  kan?

Sementara untuk rasa tulisan, sebenarnya tidak masalah apakah kita akan menggunakan bahasa gaul, rada western atau bahasa Indonesia yang umum. Kalau  sudah mengenal segmen pembaca di blog misalnya, sudah tersegmen pada karakter atau usia tertentu, diksi yang digunakan tidak jadi masalah. Sementara itu penggunaan bahasa Indonesia yang umum dan sudah dikenal banyak orang bisa memperluas khalayak yang membaca blog.

Akhirnya semua keputusan kembali lagi pada diri kita sendiri untuk berkomunikasi dengan cara apa. Saya percaya kok, seperti juga genre film atau musik, setiap blog juga sudah punya pemirsa/pembacanya masing-masing. Iya, kan?
Foto: Mbak Wawa


Nutrimoist, Pertolongan Pertama Untuk Luka dan Iritasi Pada Kulit

$
0
0
Meskipun ga jago masak, bukan berarti saya anti turun ke dapur, lho. Sekadar bikin mie/instan atau goreng menggoreng  mah gampil, lah. Nah, soal goreng menggoreng ini saya punya cerita. 

Dulu waktu kecil, ketika masih belajar masak (sampai sekarang, kok, ga jago-jago sih, masaknya? hihihi) kalau memasukan bahan yang akan digoreng,  gaya saya rada gahar bercmpur norak. Agak-agak dilempar!  Hahaha... Ibu saya suka negur kalau lihat kelakuan saya macam gini. Dulu itu. Nah, giliran adik saya yang beberapa tahun kemudian mengulang kekonyolan saya seperti ini, saya balas dendam. Gantian ngetawain. *dih, kakak macam apa saya?* 

Padahal mah, kan bisa ya digelosorin dengan lemah lembut. Ga usah dilempar gitu. Niatnya cari aman. Tapi yang terjadi malah minyaknya pada nyiprat. 

Akan tetapi,  sampai sekarang, untuk menggoreng ikan, udang, dan beberapa jenis bahan lainnya saya masih dibuat kesel juga. Udah pelan-pelan digelosorin, tetep aja ada minyak yang loncat dan dengan cunihinnya nyoelin tangan atau muka saya. Panas dan perih deh, jadinya. Apa saya kudu masak pake helm dan sarung tangan biar aman? Kan enggak harus segitunya juga.  

Satu waktu, saya pernah menggoreng cimol (cireng kecil yang bulat-bulat).  Sependek ingatan saya, cireng ini kalau adonannya kering biasanya aman. Tapi ternyata tidak juga. Cimol yang sudah kering itu pas digoreng masih saja menimbulkan efek luar biasa. Bukan cuma minyak yang berloncatan, cimolnya juga ikut-ikutan. Waduh!  

Saya buru-buru ngambil tuutp panci buat dua alasan. Yang pertama untuk keamanan.Yang kedua, untuk alasan ekonomis. Masa cape-cape menggoreng tapi sia-sia, karena banyak cimol yang berserakan di lantai dapur?  Yang bikin gemes, walau apinya sudah dimatikan dan ditunggu 1-2 menit, pas tutup pancinya dibuka, masih aja cimolnya ada yang centil loncat-loncat. Ga separah sebelumnya juga, sih. Kan,  kalau cimolnya  kelamaan terendam minyak ga sehat, ya?

Setiap terkena cipratan minyak, biasanya yang buru-buru dilakukan adalah mematikan kompor dulu. Paling gampang nyari keran, menyirami tangan  yang kena cipratan itu tadi dengan air untuk meredakaan rasa panas dan perih yang timbul. Cuma itu saja. Berhasil? Enggak  Yang terjadi kemudian, saya lanjutkan memasak sambil meringis. Harusnya kan pake obat yang tepat. Dan... mitos jadul yang bilang olesin pake pasta gigi itu ga berlaku buat saya. Beuh, peruntukannya kan beda. Itu buat gigi, bukan kulit. Gimana coba kalau infeksi atau ada komplikasi?

Terus gimana, dong?
Ternyata untuk meredakan rasa perih dan mencegah luka yang timbul karena terkena cipratan minyak itu bisa diatasi dengan Nutrimoist dari CNI, lho. Baru tau, saya. Ih ke mana aja, Ceu?
Selain membantu mengatasi efek yang timbul karena cpratan  minyak, nutrimoist ini juga bisa menyembuhkan luka yang timbul karena tersayat pisau, tersiram air panas, luka tertusuk benda tajam/pecahan kaca atau gatal akibat gigitan serangga bahkan bisa gigitan ular!  Kok bisa?

Begini. Nutrimoist adalah ramuan alami dari cina dengan 4 bahan utama berupa  Panax Ginseng, Polygonum cuspidatum, Polygonum multiflori, dan Angelica sinensis. Keempat bahan ini berkhasiat untuk memberi nutrisi pada kulit, membantu proses regenerasi pada kulit,  menjaga kelembaban alami pada kulit sekaligus mengatur produksi minyak dari kelenjar minyak, mempercepat proses penyembuan luka dan meredakan rasa gatal atau sakit yang dirasakan. Kan, biasanya kadang rasa sakit pada bagian kulit yang luka suka dibarengi dengan rasa gatal.  Serba salah deh, jadinya. Dibiarin gatel, tapi kalau digaruk malah menyakitkan. Aih keren, ya Nutrimoist ini?  Kepincut, kan? cus aja Gerai CNI untuk mendapatkannya.

Sebelum mengoleskan Nutrimoist pada kulit yang bermasalah, pastikan dulu sudah disterilkan dengan air dingin atau kapas dahulu. Baru kemudian oleskan Nutrimoist. Kondisikan agar bagian yang bermasalah tidak terkontaminasi dari udara terbuka seperti menutupnya dengan kasa atau sapu tangan. Jika kasus yang dialami cukup berat, segera bawa ke doker atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan tindakan medis berikutnya.

Seteru: Ketika Beda Jadi Masalah

$
0
0
Beberapa waktu yang lalu saya pernah menyaksikan berita di tv tentang tawuran anak-anak sekolah sampai mengakibatkan jatuhnya korban nyawa. Berita yang berulang dalam waktu berbeda di tempat lain. Entahlah, apa yang ada di pikiran anak-anak sekolah itu sampai segitunya ngontrog (mendatangi seteru untuk berantem, bahasa sunda). Duel dengan tangan kosong atau mengeluarkan senjata tajam andalan masing-masing. Pernah ga sih, sama mereka itu kepikiran kalau  beberapa tahun ke depan nantinya bakal jadi teman sekampus atau satu kantor nantinya? Apa masih mau tawuran?

Beruntunglah waktu SMA dulu, almamater saya ada di lingkungan AURI (SMAN 9 Bandung). Setidaknya ga ada rombongan anak-anak sekolah lain yang berani mendatangi  almamater saya. Lah, gimana mau berkelahi? Yang ada juga bakalan dihadang oleh Provost duluan yang berjaga. Waktu itu kebetulan banget pos provostnya bersebelahan dengan gedung sekolah. Aman, deh. Ga pernah melihat yang adu kekuatan di depan halaman sekolah. 

Semestinya menurut saya, apa yang diangkat dalam film Seteru yang baru-baru ini saya tonton menginspirasi mereka yang masih doyan tawuran. Ya apapun itu alasannya. Prestise sekolah atau melampiaskan dendam atas nama setia kawan. Prestise atau gengsi sekolah harusnya diangkat dari prestasi. Sedangkan balas dendam hanya akan terus menorehkan luka lama yang ga akan pernah sembuh. Ah ayolah, move on, dong.

Seperti itu yang terjadi dalam perseteruan antara dua gank dari berbeda sekolah di Yogya. Martin Tan (Bio One) ketua gank Boys Don't Cry dari SMA Kesatuan Bangsa  bersama teman-temannya  Jordan (Marco Ten Have) dan Rangga  (Mahdy Reza), kerap tawuran dengan gank dari SMA Budi Pekerti, di mana ada  Ridwan (Yusuf Mahardika) anak dari buruh panggul di pasar bersama teman-temannya Marbun (Karmen Nicholas) dan Dito  (Dhemi Purwanto). Berkali-kali lolos dari endusan polisi,  ganknya Martin dan Ridwan akhirnya tertangkap oleh polisi dan digelandang ke markas Kodim.

Di bawah pengawasan Letnan Makbul (Alfie Alfandy) sebenarnya kedua gank ini hanya diberi tugas untuk membuat satu gol saja  dalam pertandingan futsal melawan tentara agar bisa keluar dari karantina. Tugas yang terlihat enteng namun sesungguhnya tidak mudah diwujudkan. Selain latihan fisik yang berat, handphone yang disita (eh tapi bagaimana caranya Leni, adiknya Martin masih bisa menengok Martin, ya?) bentakan dari Letnan Makbul serta do's and do'ts yang diterapkan membuat mereka nyaris frustasi. Walau masih bisa ribut dan berkelahi, akhirnya lama-lama mereka  berdamai juga, Demi tujuan yang sama, bebas dari isolasi yang menyebalkan.

Ke-enam pemuda dari berbagai latar suku, agama, ras, kondisi ekonomi dan perbedaan lainnya sepakat untuk menyisihkan perseteruan. Mereka akhirnya berhasil mencetak satu gol. Selesai? Belum ternyata. Dirga (Dian Sidik), seorang pemandu bakat melihat potensi yang dimiliki mereka. Apalagi Kolonel Rahmat (Mathias Muchus) juga merestui ide Dirga untuk menyatukan mereka kembali dalam satu skuad yang akan diikutkan dalam kejuaraan futsal yang berlangsung di Bandung di bawah bendera tim Bhineka.

Maka dalam babak-babak selanjutnya, film besutan Hanung ini menyajikan drama-drama yang terjadi bukan hanya  di antara keenam anak SMA ini tapi juga orang lain yang terlibat. Ada Martin dan Rangga  yang kehilangan ibu dan berbeda pendapat dengan ayahnya masing-masing, Rangga yang juga direcoki Arini yang dicintainya tidak suka melihat rujuk yang terjalin  bahkan Letnan Makbul dan Kolonel Rahmat pun punya misi tersendiri untuk menyelesaikan masalah di masa lalu. Sesungguhnya ada pengakuan yang dicari, luka lama yang masih belum sembuh dan rasa takut kehilangan yang menciptakan konflik lagi, menyulitkan mereka yang sudah kadung kompak jadi goyah. 

Saya mendapati ruh dari film sepanjang seratus menit pada putaran dua puluh lima  menit terakhir. Walau sedikit terganggu dengan wajah kiper tim  Juanda - yang jadi lawan berat Bhineka  - kurang muda untuk ukuran SMA, saya cukup tersentuh dibuatnya. Letnan Makbul yang berwajah dingin dan selalu menyebut nomor induk prajuritnya dengan lengkap (apakah protokol dalam dunia prajurit memang seperti itu, ya?),  di mata Kolonel Rahmat masih gagal sebagai pemimpin. 

Sejatinya menjadi pemimpin bukan hanya urusan menjadi seorang yang ditakuti dan didengar instruksinya. Menjadi pemimpin juga harus mau mendengar, memahami, merangkul juga menenangkan hati. 

Jika Martin butuh pengakuan dari Ayahnya kalau ia bisa berubah, maka Letnan Makbul membutuhkan keenam anak-anak muda itu untuk menjadi teladan, juga pengakuan dari Kolonel Rahmat kalau dirinya bisa menjadi prajurit yang baik. Begitu juga dengan kolonel Rahmat yang merasa gregetan karena sebelumnya sudah ada tujuh anak buahnya yang gagal menunaikan tugas sebagai prajurit.

Yang tidak kalah menarik dari film ini, media sosial juga jadi salah satu cara untuk menyemangati tim Bhineka untuk memenangi kejuaraan yang berhadian uang tunai dengan jumlah menggiurkan. Memang untuk memenangkan pertandingan adalah tugas bagi pemain. Namun andil penonton sebagai suporter yang menularkan semangat pantang menyerah tidak lah segampang menuliskan status di twitter. Perlu usaha keras agar teman-teman Martin dan Rangga mau berkompromi saling memberikan dukungan agar tim Bhineka bisa memenangi kejuaraan ini.  

Fenomena yang saya rasakan juga setiap menonton pertandingan Persib atau Liverpool, klub jagoan saya atau Timnas Indonesia saat bertanding. Ada sensasi yang ingin diluapkan lewat ocehan di media sosial walau belum tentu dibaca oleh para pemain di lapangan. Yang suka nonton bola dan cukup aktif di twitter atau media sosial lainnya pasti memahami soal ini.

Kalau pun kalah, jadilah yang susah dikalahkan. Begitu salah satu motivasi yang membuat Martin bangkit menyemangati timnya yang terancam bubar. Di luar hal teknis, tim Bhineka harus menghadapi masalah lain berupa provokasi dari Arini bila tim Bhineka melanjutkan perlombaan. 

Film Seteru yang juga didukung oleh BUMD besar di Jawa Barat dan diproduksi oleh Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan RI, Dapur-MSP adalah contoh kalau film dengan latar anak-anak SMA ga mesti selalu berkutat tentang cinta melulu sebagai isu utama yang diangkat dalam film. Enam punggawa tim Bhineka belajar banyak hal, kalau mereka memang  tidak selalu sama, tapi pernah menyeduh kopi pahit yang sama. Kopi yang nikmat justru karena rasa pahitnya yang khas, karena kalau terlalu banyak gula malah jadi aneh rasanya, kan?

Mungkin masalah tawuran anak-anak sekolah yang masih terjadi adalah fenomena gunung es. Ada akar masalah yang harus ditelusuri agar tidak terjadi lagi di masa depan. 

Cuanki Serayu: Kuliner di Bandung yang Wajib dicicipi

$
0
0
Dulu saya suka ngeluh, kenapa sih Bandung selalu macet setiap akhir pekan, apalagi kalau akhir pekannya berdurasi rada panjang, alias long weekend. Macet, lama di jalan aja. 

Itu dulu. Sekarang? 
Ya sejujurnya masih gemes juga dengan kemacetan yang terjadi. Ga selalu weekend aja, sih. Tapi hari biasa juga, pada jam-jam tertentu lebih banyak waktu yang habis di jalan dibanding hitungan normal. Tapi kaaan...  ngeluh juga ga akan mengurai kemacetan begitu saja.  Merapalkan mantra sim salabim, abrakadabra atau apalah juga tetep aja tertahan. Ya, kan? Kecuali kalau ada pintu ke mana ajanya Dora Emon beneran bisa diwujudkan. Atau karpet terbang Aladin beneran bisa direalisasikan. Eh tapi gimana kalau hujan? Apa itu karpet ga bakalan lepek? hahaha... 
Cuanki Serayu yang selalu ramai
Ini judul sama opening kok ga sinkron, sih?
Nyambung atuh. Gini gini... Salah satu penyebab Bandung jadi macet salah satunya adalah wisata kulinernya yang ngangenin. Entah lah, sudah ada berapa ratusan lapak atau gerai makanan dari camilan sampai makanan berat yang ada di Bandung. Dari  kaki lima atau kedai sederhana yang legend,  sampai  resto menu lokalan, western dan franchise yang ada di Bandung. Rame melulu. Hawa Bandung yang kadang panas juga ga bikin surut hasrat lapar yang semakin menggelora. *tsaaah...lebay*

Nah, kalau disebut Cuanki, pasti familiar dong, ya. Tiap hari juga ada aja tuh mamang-mamang penjaja Cuanki yang wara-wiri lewat depan rumah. Dengan membayar 5.000 sampai 7.000 udah kenyang. Masih nanggung? Bisa rikues tambah mie instan sama Mamangya, biar kenyangnya poll. Ibu saya suka nyuruh tambah nasi. Tipikal para ibu kita banget, ya, muahaha.... Saya suka skip aja anjuran tambah nasinya.  Bukan sok diet gimana gitu, tapi karena emang bukan selera saya aja makan bakso dikasih nasi. Kalau dicampur juga jarang sekali. Pas lagi iseng mungkin, ya *apa coba?*

Ada nih, satu sajian Cuanki yang legendaris di Bandung. Cukup terkenal. Bahkan antriannya cukup mengular,  yaitu Cuanki Serayu.  Jangan niatin buat makan di sini sambil nongkrong sama temen. Kasian tuh yang nunggu meja kosong, karena perbandingan meja yang tersedia dengan pengunjung cukup jomplang. Ini pengalaman saya waktu datang ke sana pas jam-jamnya makan, sih. Mungkin kalau agak pagian ga sepadat yang saya alami. 
antrian yang mengular di Cuanki Serayu

Akhir April lalu, setelah beres acara arisan Ilmu di gedung BCCF yang beralamat di jalan Taman Cibeunying, saya barengan teman-teman KEB yang masih resah karena camilan pot luck belum sepenuhnya menuntaskan lapar sepakat buat melipir ke Cuanki Serayu. Kebetulan lagi jaraknya deket banget, jalan kaki 5 menit pun sampai kok. Tapi pas waktu itu Yasinta yang dijemput suaminya mengaak saya, Tian dan Marwah  numpang. Mayan, dong :D.  Lalu ada Ummi, Teh Ida, Nessa dan temannya  menyusul kemudian. Jadi beginilah penampakan antrian di sana. Warbiyasah, kan?

Selain Cuanki, ada juga batagor yang bisa dipesan. Tapi saya lagi pengen mesen Cuanki. Jadilah satu porsi Cuanki campur (Siomay, tahu putih, tahu goreng dan bakso)  saya pesan. Kalau mau rikues tahu putih dan siomay putih (yang ga digoreng) bisa juga. 
Cuanki putih
Seporsinya dikasih charge 17.000. Harganya dua kali lipat dari porsi yang kita dapatkan dari tukang bakso Cuanki yang lewat depan rumah itu, sih. Tapi untuk ukuran harga wiskulan gitu worth it lah. Apalagi kalau mengingat Cuanki Serayu ini cukup legend.

Sama seperti makan mie bakso, untuk cuanki pun saya lebih suka dibening, ga pake kecap atau saus. Palingan cheating pake sambel, sambil berharap alarm jerawat saya lagi ga sensitif huehehe. Setidaknya sambel yang biasanya dipake buat bakso gini kan ga ada komposisi terasinya. So far ternyata kalau dikit aja, jerawat saya responnya ga seheboh makan makanan yang ada terasinya (dih malah cuhat).
Cuanki kuah bening kesukaan saya
Soal rasa?
Cukup, buat saya. Walau beberapa teman bilang rasa ikannya udah ga begitu kerasa kayak dulu, saya tetap bisa ngabisin. Entah karena  lagi segitunya lapar atau emang lidah saya ga musingin konsentrasi rasa ikan yang katanya berkurang. Satu porsi  bisa dihabiskan, menyiakan sedikit kuahnya aja. Bukan cuma saya aja yang ngerasa Cuankinya masih enak. Buktinya tuh,  pengunjung yang datang juga tetep banyak dan mereka kayaknya ga kapok dateng ke sini. Palingan  buat cari posisi parkir atau sabar nunggu giliran dilayani aja kali, ya, yang menguji kesabaran pas datang ke sini.

Yang bikin saya amaze adalah posisi meja kasir di Cuanki Serayu ini. Soalnya setelah mendapat pesanan yang posisinya di pintu masuk, kita langsung bawa sendiri mangkoknya dan cari tempat duduk yang kosong. Kalau sudah selesai makan, barulah kita bayar ke kasir dan bilang pesan apa saja (ya kali ada yang nambah komposisi dari menu standar), apakah ngambil kerupuk, teh botol, air mineral (yang ada di meja) dan bayar buat berapa porsi. 
makan di dalam atau di luar? saya lebih suka di luar
Di mata saya, Cuanki Serayu ini sangat mempercayai pengunjungnya. Padahal kalau ada yang punya pikiran ga bener, bisa aja yang pegunjung (terutama yang kebagian makan di luar) langsung cus aja, ga  menghampiri kasir buat membayar.  Mudah-mudahan aja sih yang makan di sini pada jujur, ya.

posisi kasir yang ada di belakang, di samping tembok yang ada tulisan Serayu itu
Ya udah lah, pokoknya kalau mau kulineran ke Bandung ala-ala kaki lima yang enak dan merasakan sensai makan cepet ga pake ngobrol lamaan, cus aja ke jalan Serayu, ya. Kalau dari jalan Riau (RE. Martadinata) tinggal nyebrang aja dari LB LIA, sekitar 100 meter sampai deh ke jalan Serayu. Yuk, ah makan cuanki lagi.

Meize Hotel: Family Hotel yang Nyaman di Bandung

$
0
0
Saya masih kepengin cerita lagi tentang Bandung, nih.  Apalagi jelang weekend seperti sekarang ini yang durasinya lumayan lama. Plus  anak-anak kelas 3 SMP/SMA yang sudah beres dari kegiatan belajarnya dan memilih berlibur sambil nunggu kelulusan. Bisa dipastikan kepadatan Bandung semakin meningkat, karena semakin bertambahnya turis lokal dan asing yang jalan-jalan di Bandung.

Selain wisata kuliner, wisata belanja dan wisata alam, jangan lupakan juga dong di mana akan menginap. Seperti yang saya bilang tadi, kalau lagi musim liburan,  atau dekat-dekat dengan acara wisudaan kampus, biasanya tingkat hunian hotel bakal meningkat pesat. Saran saya jangan dibiasakan mepet booking kamar di hotel kalau tidak mau kelimpungan ga kebagian kamar.

Terus hotel apa yang kali ini mau saya rekomendasikan untuk menginap?

Nih, saya punya referensinya. Meize Hotel, yang beralamat di jalan Sumbawa no 7. Cuma berjarak 5 menit saja dari kawasan pusat perbelanjaaan BIP, 15 menit dari Stasiun Bandung dan untuk sampai ke pusat kota lainnya seperti Alun-alun atau pintu tol Pasteur pun tidak lebih dari setengah jam. Strategis dong, ya. 

Pekan lalu, saya mengajak adik saya, Pipit  untuk nginep di hotel berbintang 3 yang dominan dengan nuansa biru kuningnya.  Staf resepsionisnya yang ramah dengan segera melayani. Setelah memperlihatkan KTP (Meize Hotel punya kebijakan di mana pengunjung yang booking kamar harus berusia minimal 18 tahun), saya mengisi form beberapa data yang diperlukan. 

Saya mendapat kamar di lantai 5 dan memililh kamar dengan fasilitas tempat tidur twin. Kalau lebih suka tempat tidur  single yang besar juga bisa, kok. Saat check in, staf resepsionis akan menanyakan pilihan kamar yang akan digunakan. Apakah kita ingin memesan kamar smooking atau non smooking. Saya milih yang non smooking, dong.

Kamar yang kami tempati cukup mungil tapi masih leluasa untuk menyimpan barang bawaan. Walau tidak tersedia lemari, tapi di pojok kanan disediakan hangar  untuk menggantung pakaian agar tidak kusut. Kamar mandinya bersih, aliran airnya juga lancar (air hangat atau dingin untuk mandi).

Selain ada akses wi-fi, AC dan tv yang bisa mengakses siaran tv lokal dan asing, di kamar masih ada space  lumayan buat solat. Bisa deh berjamaah 2-3 orang, mah. Untuk penunjuk kabah pun sudah ada panah di dalam ruangan, jadi ga usah bingung lagi nanya operator atau naik ke Sky Floor untuk salat di musalanya, 





Kita bisa memilih untuk mendapat fasilitas sarapan atau tidak saat menginap di sini. Jika tanpa sarapan, charge yang dikenakan sekitar Rp. 297.500/malam (sudah termasuk pajak). Tapi kalau malas nyari sarapan di luar, tinggal membayar Rp. 343.400 /malam saja. Murah lah, ya. Apalagi menu sarapannya juga cukup variatif, mulai dari nasi perasmanan, salad, bubur ayam, sereal, sampai teh dan kopi.

Malam itu saya dan Pipit lumayan lapar, sementara di luar hujan cukup bikin mager alias malas gerak. Gimana dong? Eh untungnya ada layanan room service untuk mengganjal perut. Setelah milih-milih menu, akhirnya saya menghubungi line 0 untuk memesan soto ayam, mie tek tek kuah dan orange juice. Suka deh sama soto ayamnya. Seger banget, ditambah beberapa sendok sambalnya yang bisa menghangatkan perut pas hujan pula.

Eh tapi,  lihat mie tek tek pesanan Pipit, kok saya jadi ngiler juga, nih. Hihihi...  kapasitas perut saya udah maksimal tapi nyicip-nyicip dikit boleh, lah.  penampakan telur mata sapinya yang tersaji di mangkuk ittu bikin ngiler soalnya. Saya cicipi, rasanya enak dan gurihnya pas. Yang alergi atau ga tahan dengan rasa msg yang biasanya didapati dari mie instan ga usah cemas, deh. Mie tek tek ala Meize hotel ini enak dan ga giung (rasa gurih yang bikin enek  yang bisanya dirasakan dari makanan yang kebanyakan msg) seperti rasa mie instan biasa. Walau harganya cukup murah, porsi dan rasanya sepadan. Untuk ukuran makan di hotel segini mah worth it, alias cincai.

malam-malam lapar? kalem, ada layanan kamar yang siap melayani
Sebelum makan malam itu, saya menyempatkan diri juga mencoba layanan spa disana. Pas nelpon ke operator, saya ditawari dua pilihan. Mau turun ke bawah atau terapisnya yang nyamperin ke kamar? Berhubung saya memesan layanan Deep Tissue Massage, it's ok aja  layanan pijatnya di kamar. Ya udahlah, saya bilang sama terapisnya Teh Fitri, buat naik ke atas aja. Jadinya bisa menikmati pijatan sambil nonton tv hehehe.

Kalau untuk layanann spa sih, mau ga mau harus turun ke bawah, karena pasti basah dan belepotan dengan rempah-rempah yang digunakan. Sementara itu untuk layanan massage, waktu 90 menit berlalu tanpa terasa. Pijatan dimulai dari bahu sampai pergelangan kaki termasuk tangan juga.

Sambil pijatan gitu saya nanya ini itu sama Teh Fitri. Untunglah sebelum mesan dipijat, sayanya  belum makan. So, terhindar dari rasa tidak nyaman yang mungkin terjadi kalau sebelumnya  makan dulu. Berhubung dari ubun-ubun sampai telapak kaki semua anggota badan mendapat pijatan, rawan sekali sama pencernaan kalau jaraknya terlalu dekat.

Sebaliknya, kalau mau mandi tunggu jarak yang agak jauh setelah pijat. Atau malah sebaliknya mandi dulu sebelumnya. Mandi setelah pijatan enggak baik juga karena pori-pori kulit lagi terbuka lebar.
layanan spa dan reflexiologynya enakeun, suer!
Yang saya suka juga  dari layanan Deep Tissue Massage ini adalah pijatan yang didapatkan di kepala. Migren yang saya alami mabur, deh. Selain badan yang rasanya ringan juga kepala ga pusing-pusing lagi. Saya yang bawaannya suka tidur telat paling sering direcoki migren gitu soalnya. Kebiasaan baru tidur jam 11 malam, kadang membuat saya besok paginya merasa kliyengan.  Hmmm, sepertinya saya juga tertarik buat datang lagi ke sini nyobain layanan totok wajah, Meize Sampler atau spanya. Soal tarif cincai, lah. Walaupun merupakan lini dari layanan Meize Hotel, tarif yang dikenakan affordable alias terjangkau.  Ga percaya? Nih liat aja price listnya. Murah, kan?
price list spa dan refleksiologi di Meize Hotel
Ga harus jadi tamu menginap di Meize Hotel kalau cuma pengin mendapatkan layanan spa dan refleksiologi di sini. Kayak saya yang asli  tinggal di Bandung. Kapan pun mau, tinggal cus aja ke sini buat mendapatkan perawatan pijat atau spa di sini. Sejak jam 10 pagi sampai jam 11 malam bakal ada 4 terapis yang stand by dan siap melayani.  Ada  terapis laki-laki juga lho yang siap memberikan pelayanan pijat bagi customer laki-laki.
Besok paginya setelah mandi, saya naik satu tahapan menggunakan lift ke Sky Floor untuk menikmati sarapan.Menu sarapan yang disajikan di sini cukup variatif.  Lumayan banyak dan saya harus selektif memilih mau menyantap apa pagi itu. Ga akan muatlah di perut kalau saya cicipin semuanya.
Suasana Sky Floor tempat sarapan di Meize Hotel
Buat yang suka sarapan sehat, ada salad dan buah untuk appetizernya. Untuk makanan beratnya, ada bubur ayam yang rasanya enaaak, pake banget. Masih kurang? Kalem aja, masih ada nasi perasmanan, roti bakar, sereal, teh atau kopi yang bisa kita pilih untuk mengganjal perut.

Bagi yang membawa anak balita saat menginap, tersedia juga kursi bayi. Sehingga para mamah muda yang membawa anaknya sarapan di sini tetap bisa menyuapi para bocilnya tanpa harus kejar-kejaran nguber anak-anaknya buat nyuapin makan.
beberapa sajian sarapan di Meize Hotel
Untuk booking kamar di Meize, selainn reservasi lewat nomor telepon juga bisa booking online seperti traveloka, pegi-pegi, agoda, klikhotel,com atau booking.com.

Untuk mengetahuo fasilitas lainnya yang bisa didapatkan, silahkan kepoin  web, akun media sosial atau telpon aja ke Meize Hotel.

Diantosan di Bandung, ya.

Meize Hotel
Jalan Subawa No. 7 Bandung
Telp. 022-426 3688/426 1888
Website: http://www.meizehotel.com/
Facebook: https://web.facebook.com/meizehotel?fref=ts
Twitter: https://twitter.com/MeizeHotel
Instagram: @meizehotel 
Email:  contact@meizehotel.com 
Reservasi: @meizehotel.com

Fiberkid, Solusi Minuman Enak dan Alami Untuk kebutuhan Serat Harian Anak

$
0
0
Masalah umum yang sering dihadapi oleh para ibu soal kebiasaan makan anak adalah susah makan terutama sebagian besar dari mereka tidak suka untuk melahap  buah-buahan dan sayuran.  Dulu waktu kecil saya termasuk yang rada susah makan buah dan sayur. 

Lupa juga mulai kapan saya jadi penyuka buah dan sayur. Walau sekarang pun sebenarnya konsumsi buah dan sayurannya ga rutin dengan porsi yang disarankan (rata-rata 30 gram per hari). Kecil?  Ga juga.  Sebagai ilustrasi,  mengunyah apel 1-2 butir per hari belum bisa mencukupi kebutuhan serat harian. Nah,  lho.

Tapi  kalau ada kesempatan, ga akan deh saya melewatkan buat mengonsumsi buah/sayur. Salad adalah menu favorit saya saban menemukannya. Malah kadang dalam waktu tertentu saya bakal beli buah-buahan di tukang buah potong  kalau dirasa sudah kurang banget konsumsi seratnya.
foto: pribadi
Kurangnya konsumsi serat yang berasal dari buah dan sayur bukan masalah orang dewasa saja. Pun begitu dengan anak-anak. Kalau dari kecil saja sukar dibiasakan, udah gedenya bakalan makin susah untuk menjadi kebiasaan. Faktanya nih,  9 dari 10 anak memang mengalami kekurangan serat.  Padahal asupan serat yang bersumber dari buah/sayuran bukan cuma mengatasi soal sembelit saja.

Jika kebutuhan ini tidak tercukupi bukan saja keluhan susah BAB yang terjadi tapi juga bisa menurunkan  kekebalan tubuh dan menyebabkan moody  pada anak. Nah, surprise, kan?  Sama dong dengan saya :) Selama ini sepertinya kebanyakan dari kita mengidentikan serat sebagai solusi untuk mengatasi masalah BAB dan kesehatan pencernaan saja. Padahal banyaaak sekali benefit yang bisa kita dapatkan kalau kebutuhan seratnya tercukupi.

Dulu saya mati-matian banyakin  makan buah dan sayur sebenarnya dilatari keinginan untuk menurunkan berat badan dan mengatasi sembelit dan pengin langsing huehehe.  Tapi  semakin ke sini semakin banyak tau pentingnya serat pangan. Selain itu serat juga ternyata mendukung proses tumbuh kembang pada anak-anak.

Pada hari jumat, 5 Mei 2017  saya bersama Emak-emak Blogger  menghadiri acara launching Fiberkid di Veranda Hotel. Hadir dalam acara itu sebagai nara sumber dokter spesialis anak, dr.Herbowo A.F Soetomenggolo Sp.A,   Yohana Astri Gumelar, selaku direktur utama PT Nugra Kasera produsen Fiberkid, Felicia Kumala (Cici Panda),  artis/presenter tv serta seorang blogger, Atika Nurkustanti.

credit: Fiberkid
Dalam paparannya, dr Herbowo menyampaikan  peran serat untuk kesehatan  usus.  Diantaranya adalah untuk membantu mengendalikan kadar gula dalam darah yang bisa mencegah timbulnya obesitas pada anak dan  menurunkan konsentrasi  kolesterol. 
foto: pribadi
Bukan itu saja, lho. Serat juga jadi bagian dari gizi dimana mendukung 60% proses  tumbuh kembang pada anak.  Kecukupan  gizi  pada anak bukan hanya soal banyak sedikitnya konsumsi protein berupa daging atau telur saja atau susu tapi juga serat yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan itu tadi.

Yes, jadi  faktor internal seperti unsur genetik  yang mendukung proses tumbuh kembang pada anak seperti perkembangan motorik atau kecerdasan sebenarnya hanya sebesar 40% saja.  Sisanya  faktor eksternal yang 60% tadi mempunyai pengaruh lebih besar bagi perkembangan anak. Hmmm well note. Kabar bagus buat saya yang pengin memperbaiki keturunan. Bisa dong nanti saya punya anak yang posturnya lebih tinggi dan kecerdasannya lebih baik dari saya? Hehehe... Itu mah mimpi semua orang kan, ya.

Eh iya, tadi sayang bilang kan kalau serat ini ada hubungannya dengan mood pada anak/ Kok bisa, ya? Gimana ceritanya?

Masih dari paparan yang disampaikan oleh dr Herbowo, hari itu saya baru tahu lho bila kebutuhan serat tidak terpenuhi  akan menyebabkan neuro transmitter  yang menghubungkan otak dan tubuh mengalami gangguan, alias susah nyambungnya. Makanya, bisa jadi lho kalau anak-anak lagi uring-uringan itu dikarenakan makanannya kurang serat.  
foto: pribadi
Tapi kaaan, anak-anak susah banget untuk makan buah-buahan atau sayuran? Gimana biar mereka suka?

Pengalaman di mana sang buah hatinya sukar sekali untuk makan makanan yang mengandung serat juga dialami oleh  Yohana Astri. Karena alasan ini pula mendorong dirinya membuat kreasi minuman  yang kaya serat yang sehat tapi juga bisa disukai anaknya. Karenanya, terciptalah Fiberkid  dengan varian rasa leci dan anggur.  Jika dulu Yohana Astri membuat minuman kaya serat bagi anak-anaknya, beliau juga dengan senang hati berbagi solusi kebutuhan serat  bagi anak-anak lainnya.
credit: Fiberkid
Yang menarik dari produk Fiberkid ini adalah rendahnya kandungan gula dan bebas pengawet,  lho.  Sebagai informasi, disamping  garam dan lemak, gula juga merupakan salah satu bahan makanan yang sebaiknya dibatasi agar tidak membahayakan kesehatan tubuh. Fiberkid juga sudah mengantongi sertifikat halal dan lolos uji  standar kualitas yang ditetapkan oleh BPOM. So, enggak usah merasa cemas lagi soal kandungan kesehatan dan kehalalannya dong, ya. 

Dalam setiap botolnya Fiberkid mengandung 13 gram serat (setara dengan 51% angka kecukupan gizi).  Walau meminumnya dua botol sehari bisa memenuhi kebutuhan serat, bukan berarti Fiberkid ini berfungsi sebagai pengganti sumber serat. Kebutuhan serat alami tetap saja harus dipenuhi dari makanan lainnya.  

Variasi makanan dari berbagai sumber  dan cara penyajian akan membantu mencukupi kebutuhan serat setiap hari bagi tubuh. Kalau pinter ngulik kan bisa tuh dibuat smoothie atau puding dengan bahan dasar buah. Apalagi kalau buatan rumah, lebih aman, karena kita tau persis apa saja sih komposisi bahan--bahan yang digunakan.
credit: Fiberkid
Saat ini Fiberkid bisa dibeli secara online melalui situs www.fiberkid.com, atau marketplace seperti tokopedia.com dan blibli.com atau secara offline di Farmers Market, Ranch Market dan Gelael. Mulai saat ini, kita bisa mengalihkan jajanan minuman anak ke Fiberkid. Gimmick kemasannya dalam botol yang colorfull pasti menarik bagi anak-anak, begitu juga dengan rasanya. 

Meski produk Fiberkid ini ditujukan untuk anak-anak, bagi orang dewasa pun oke aja kok mengonsumsi Fiberkid. Just incase lupa atau  kurang asupan serat hariannya, Fiberkid bisa jadi penolong pertama untuk melengkapi asupan serat harian.

credit: Fiberkid


Film Ziarah, Masa Lalu Bukan Hanya Tentang Romansa

$
0
0
Kapan terakhir kali nyekar?   Biasanya jelang bulan puasa seperti sekarang komplek pemakaman sudah ramai dengan pengunjung yang nyekar ke makam sahabat atau keluarganya.  Tapi bagaimana kalau makam yang akan kita ziarahi itu entah di mana?

Seperti itulah pengalaman Mbah Sri (Ponco Sutiyem)  yang terpisah dari suaminya sejak terjadi agresi militer Belanda kedua. Sesaat sebelum berpisah,  suaminya Prawiro Sahid mengamanahi untuk tidak mencarinya jika dirinya tidak kembali lagi.

Bagi Mbah Sri,  persoalan yang muncul puluhan silam kemudian bukanlah soal keberadaan suaminya apakah masih hidup atau tidak.  Mbah Sri hanya ingin mengetahui di mana makam suaminya. Satu dari sekian pahlawan tanpa nama yang mencari pusaranya seperti mencari jarum diantara timbunan jerami.

Berbekal berbagai potongan informasi, Mbah Sri nekat menempuh perjalanan panjang tanpa bekal yang mendukung.  Kalau jeli memerhatikan film sepanjang 87 menit ini,  Mbah Sri  tidak membawa pakaian juga (mungkin)  uang yang cukup selama berpergian. 

Sesungguhnya kalau mau,  Mbah Sri bisa meminta tolong cucunya untuk menemani dirinya pergi mencari makam suami.  Mungkin karena sudah uzur juga, Mbah Sri tidak terpikirkan soal itu.  Sementara sang cucu selain bingung mengejar Si Mbah yang memghilang,  ia juga cukup dibuat pusing dengan rencana pernikahan bersama kekasihnya.  Alih-alih membantu melacak keberadaan nenek mertua, sang kekasih malah banyak meminta ini itu untuk mengisi rumah yang fondasinya saja belum ditanam.

Walau bergaya dokumenter dan indie,  film besutan BW Purba Negara ini menuai apresiasi dari dalam dan luar negeri. Selain terpilih sebagai film terbaik pilihan juri dalam ajang Asean International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017, Ziarah juga menyabet Skenario terbaik di ajang yang sama juga film terbaik di festival film Salamindanaw 2016 di Filipina.

Mengambil latar kehidupan masyarakat desa di Jawa yang masih sangat tradisional, film Ziarah juga mengingatkan saya dengan program pemerintah yang pernah populer di tahun 80an. Ada yang masih inget jargon ABRI (sebelum sekarang dikenal TNI)  Masuk Desa? Salah satu upaya pemerintah dalam percepatan pembangunan dengan membaurkan unsur tentara dengan penduduk desa malah meninggalkan trauma bagi penduduk lainnya.

Di mata mereka ada dua versi tentara seperti kutub magnet yang bertolak belakang. Jika almarhum Prawiro Sahid dikenang karena jasa baiknya sebagai pejuang kemerdekaan di tahun 45, hal berbeda mereka rasakan ketika pembangunan melibatkan tentara malah menciptakan penderitaan.  Entah untuk alasan apa,  seorang penduduk desa di film ini curhat dipaksa meninggalkan rumah dan pasrah menyaksikan desanya berubah menjadi danau.  Gaya tutur yang jauh dari kesan akting para pemeran (kecuali Hanung Bramantyo sebagai cameo dengan logat jawa kentalnya)  membuat saya penasaran apakah kasus inj betul-betul terjadi atau cuma fiksi semata.

Selama menyaksikan film ini juga saya merasa sosok Mbah Sri mewakili gambaran orangtua di Jawa yang masih kental dengan budaya kejawen dan mistis.  Bukan hanya keris milik Prawiro Sahid yang jadi bekal Mbah Sri melacak pusara suaminya saja, ada obrolan penduduk desa yang menceritakan pejuang 45an yang sakti walau ditembak Belanda. Salah satu guyonan yang mempertanyakan kenapa Pak Sahid tidak menuntun saja jip rampasannya menuju tempat rapat sukses membuat saya tertawa, sekaligus mencairkan konsentrasi mengikuti adegan demi adegan film.

Film Ziarah memang termasuk film nasional yang keluar dari pakem. Selain alur film,  gaya akting para pemeran atau sinematografinya yang sederhana, Ziarah menawarkan harapan bagi penggiat film indie atau sineas muda, kalau film sederhana bukan saja bisa berjaya di ajang festival tapi juga bisa menembus jajaran jadwal tayang di bioskop.  Banyak hal menarik yang bisa kita dapatkan dari film ini.

Kalau saja  ada romantisme masa lalu Mbah Sri di masa muda,  mungkin bisa membuat saya berurai air mata dibuatnya.

Ngomong-ngomong, sudah berziarah belum?

    Unboxing In The Box, Kasur Pegas Untuk Tidur Berkualitas

    $
    0
    0
    Pernah mengalami cuma bisa tidur 2-3 jam semalam, ngantuknya sepanjang hari? Atau kalau bisa balas dendam, durasinya melebihi waktu tidur yang normal? Tadinya saya pikir cuma saya aja lho yang kalau kecapean malah jadi  susah tidur. Orang Sunda menyebutnya guling gasahan. Sudah bolak balik posisi tubuh, tetep aja susah meremnya.  Ya kalau punya niat begadang nonton bola (((nonton bola))) sih asik aja :D kalau enggak? Masa iya jadi ngeronda, sih?  

    Kadang saat melek terpaksa begitu, saya ga bisa memanfaatkannya untuk sesuatu hal yang produktif. Mau melanjutkan pekerjaan yang tertunda atau sekadar membaca buku pun males. Pokoknya tersiksa deh,  terjaga malam-malam begitu tapi ga bisa tidur. Beda lho kalau memang menyengajakan untuk begadang. Itu sih, lain cerita. Susah tidur bisa membuat besok paginya saya malah ga bisa produktif. Loyo dan ngantuk,  ga bisa fokus mikir pula. Nyebelin, deh.

    Sebetulnya selama ini kebanyakan dari kita (iya, saya sama kalian yang baca cerita ini) kadang suka jor-joran memforsir tenaga. Urusan cape nanti aja, dibawa tidur. Besok juga seger lagi.  Tapi  ternyata kenyataannya capenya ga selalu otomatis hilang setelah tidur. Kadang masih bersisa. Baru deh, saya ngeh (ke mana aja, neng?) kalau selama ini kualitas tidur bukan cuma soal waktu tapi juga kasur apa yang dipakai. 

    Syukurlah sekarang sudah ada In The Box.
    Kenapa? karena In The Box adalah brand spring bed yang memahami masalah itu tadi dengan menghadirkan solusinya.  Bukan hanya teknologi kasur yang secara ortopedi megikuti postur tubuh selama tidur tapi juga desainnya yang unik. Idealnya posisi tidur yang baik itu terlentang. Faktanya, saya lebih suka tidur dengan posisi nyamping. Atau ada juga nih yang tidurnya motah alias ga bisa diem. Posisi awal tidur sama bangun suka beda. Jauh pula.  Salah posisi tidur biasanya paling sering membuat kita mengeluh nyeri leher lah pegel pinggang, atau pegal-pegal di bagian tubuh lainnya. Hayo, ada yang ngerasa? 

    Terus selama ini tidurnya pake kasur apa? Kasur kapuk? Busa? atau mungkin bulu angsa gitu kayak di cerita-cerita fairy tale  gitu? Kebanyakan sih dari kita kasurnya pake yang busa, ya. Kalau selama ini kita cuma mengenal matras atau kasur busa yang bisa dilipat, maka cuma In The Box, spring bed atau kasur pegas  yang bisa begitu. Ga percaya? Nih lihat video unboxingnya.

    Keren, kan?
    Bersama enak-emak dari KEB saya juga menyimak testimoni dari Mbak Dila, pengguna kasur ini yang sudah merasakan manfaat dari Bed In The Box ini. Mbak Dila bercerita pengalamannya setelah menggunakan kasur yang ternyata produksi lokal (Bandung) lho. Beliau merasakan tubuhnya lebih bugar, fit dan energik sepanjang hari. Waaah, asik. Saya jadi pengen punya juga.
    sharing Mbak Dila setelah menggunakan Bed in the Box
    Sebagian emak-emak KEB yang mengikuti games
    Pertanyaan berikutnya yang pasti ditanyakan. Harganya gimana?
    Ah, cincai. Enggak mahal, kok. Tersedia dalam berbagai ukuran, Bed In the Box ini affordable alias terjangkau. Asiknya lagi masih ada layanan purna jual yang dijamin sampai 10 tahun.  

    sumber: inthebox.id
    Perawatan kasur ini pun ga ribet. Selain tangguh menanggung beban kalau dipake loncat-loncatan (ya kan, kalau kasur berpegas begini sepertinya sudah suratan takdir diperlakukan seperti trampolin) oleh anak-anak,  kalau jadi korban diompoli anak-anak pun tidak usah membuat kita khawatir. Cukup disiram seperti biasa, dan jemur sampai kering. Setelahnya, In the Box tidak akan kehilangan kelenturan atau  warna kain yang memudar. 

    udah cocok jadi modelnya, ga? :D

    ajaib ya, ada kasur pegas bisaa masuk troli :D

    Saat ini spring bed In The Box bisa dibeli secara online via laman resmi In The Box atau bisa juga didapatkan secara offline alias alias luring di  Hypermart yang ada di  seluruh Indonesia. Walau beratnya lumayan juga (sekitar 30-40 kg), dengan dukungan teknologi vacuum pocket spring bed, menjadikan kemasannya praktis dan ekonomis. So,  proses pengiriman kasur in the box jadi  lebih mudah dan murah. 

    Nah, yang selama ini masih galau dan bingung mau mengganti kasurnya dengan merk apa, sudah tahu dong, ya. Spring Bed In the Box ini jawabannya.

    Foto: Liswati Pertiwi


    The Autopsy of Jane Doe, Tentang Analisa Anatomi Tubuh dan Teror dari Jenazah

    $
    0
    0
    Ada yang masih ingat lagunya Frente yang judulnya Open Up Your Heart and Let The Sun Shine In? Saya mengenal lagu ini sekitar tahun 1996-1997an. Lagi jaman boomingnya lagu alternatif dengan balutan musik yang  lebih nge-pop. Lebih enak didengar walau sebagian besar diusung dengan aliran cadas. 

    Band macam Collective Soul atau Frente adalah contoh band musik alternatif-an yang masih easy listening, ramah di telinga buat saya. Makanya waktu keluar album kompilasi Saturday Morning Cartoon Greatest Hits saya langung beli. Salah satu lagu yang di dalamnya saya sukai  ya  lagunya Frente itu tadi. Yang jadi OSTnya Flinstone itu lho. Lagunya catchy, ceria dan pas buat meninabobokan anak-anak.
    foto: http://www.chicagofilmfestival.com/film/the-autopsy-of-jane-doe/

    Tapi waktu nonton film The Autopsy of Jane Doe, lagu lawasnya Frente itu punya kesan lain. Horor. Saya jadi keingetan lagu Abdi teh Gaduh Boneka yang rasanya berubah  terasa menyeramkan setelah nonton film Danur beberapa waktu yang lalu.

    Jadi  begini ceritanya. Film The Autopsy of Jane Doe bercerita tentang dua ahli otopsi  ayah dan anak, yaitu Tommy (Brian Cox) dan anaknya Austin Tilde (Emile Hircsh) yang ditugasi oleh Sherif Sheldon (Michael McElhatton) untuk segera melakukan otopsi pada jenazah seorang wanita muda (Olwen Catherine Kelly). Tanpa ada informasi secuil pun tentang jenazah ini membuat Sheldon memberi nama sementara pada jenazah ini Jane Doe.

    Austin, remaja pintar  dengan dandanan potongan jadul ala remaja 80an, terpaksa memundurkan rencana kencannya dengan sang kekasih karena kepolisian membutuhkan segera informasi penyebab kematian  Jane Doe dan misteri di baliknya. Maka dimulailah operasi pembedahan terhadap Jane Doe. Beberapa temuan seperti serpihan gambut yang ditemukan pada kuku tangan, kaki dan rambut, luka patahan pada pergelangan kaki, warna mata, lidah yang terpotong, pinggang yang terlalu kecil sampai membongkar organ tubuh tampak tidak biasa. Kejanggalan demi kejanggalan yang ditemukan membuat kedua ayah anak yang hmmm.. mungkin bisa saya sebut petugas forensik merasa ada yang aneh dengan jenazah Jane Doe ini.

    Entah karena setingan film yang menggambarkan pembedahan mayat atau seting film yang  terasa seperti sedang membongkar torso (itu lho boneka peraga organ tubuh) membuat saya kuat bertahan terus menatapi layar  selama 86 menit film ini diputar.  Saya pikir yang jadi Jane Doe ini cuma boneka saja. Soalnya make upnya sempurna banget  seperti mayat kaku. Tidak ada satu pun ada adegan yang saya lihat menceritakan dia bergerak atau ngomong barang sepatah kata. 

    Analisa Jane Doe  meninggal  kehabisan nafas karena kebakaran dipatahkan setelah ditemukan luka pada bagian tubuh lainnya. Artinya, Jane Doe sudah meninggal sebelum kebakaran terjadi. Saya sempat  mengira Jane Doe ini disusupi semacam alien ketika ada adegan lalat keluar dari hidungnya serta pengamatan dari mikroskop seolah-olah Jane Doe ini masih hidup.Tapi ternyata bukan.

    Beberapa hasil temuan dicatat dengan baik oleh Austin di papan dengan menggunakan kapur tulis. Ini mengingatkan saya dengan pelajaran biologi jaman SMA dulu. Pelajaran tentang anatomi tubuh baik hewan atau manusia terasa ngejelimet. Salah satu alasan kenapa saya ga suka pelajara eksak, walau untuk Biologi lolos dari corengan warna merah di raport  hahaha.... Ih malah curhat.

    Walau  sekitar 90%  film ini  bercerita adegan di dalam ruang otopsi, saya tidak merasakan kejenuhan mengikuti dialog antara bapak dan anak yang menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi. Yang tidak suka pelajaran biologi kalau nonton film ini mungkin sedikit banyak akan membuat  rasa penasaran ngulik jadi bertambah. Selama ini kan, kebanyakan teori tapi untuk aplikasinya masih jarang. Jadi mahasiswa kedokteran membutuhkan nyali gede ngoprek mayat, nah kalau cuma nonton aja mah massih bisa diakali. Kalau ga tega atau ngeri tinggal ngintip aja dari sela-sela jari.

    Teror dari jenazah Jane Doe mulai terasa ketika gelombng radio berpindah dengan sendirinya, lalu berhenti ketika memutar lagu Open Up Your Heart and Let The Sun Shine. Aslinya, saya jadi sebel sama lagu itu karena jadi terasa mistis. Tanpa menggerakan tubuhnya, masih dengan mata terpejam, Jane Doe berhasil menebar teror  yang membuat Austin ingin cepat-cepat pulang. Selain gelombang radio yang berpindah dengan sendirinya, beberapa teror yang bikin mata terus melek mengikuti adegan film ini adalah listrik yang tiba-tiba mati dan hidup kembali, sinyal HP yang tiba-tiba hilang, darah yang merembes dari kulkas dan langkah-langkah kaki di luar ruangan.  

    Mungkin aroma horor bakal lebih naik levelnya kalau Jane Done tiba-tiba bangun, atau tabir kain kafan berisi sandi yang dijejalkan di tubuh Jane Doe terungkap. Sayangnya, sang Sutradara Andr Vredal tidak mengeskplorasi lebih banyak untuk soal ini. Padahal masih ada lah sekitar 30 menit lagi durasi yang bisa ditambahkan untuk memperkuat sensasi horornya.

    Ending filmnya rada ngeselin karena di luar harapan saya.  Bagi yang penasaran dengan film horor tapi merasa sedap-sedap ngeri, masih bisa lah nonton film ini tanpa menyisakan bayangan takut kalau dibanding nonton film horor lainnya. Setidaknya analisa tenteng anatomi tubuh, atau dugaan-dugaan soal insiden yang jejaknya biasa ditemukan dalam tubuh lumayan memberi pengetahuan buat penonton yang awam soal dunia medis atau sejenisnya.

    Saya juga baru tahu kalau jenazah yang disimpan di kamar mayat kakinya dicanteli lonceng kecil. Ini salah satu cara untuk membedakan mana yang betul-betul sudah mati atau mati suri. Ya siapa tau kan hidup lagi.  Meski kalau nanti loncengnya bunyi bisa jadi bikin kaget dan takut. 

    Walau dilabeli 21+ film ini tidak banyak mengumbar adegan vulgar. Mungkin karena banyak adegan membongkar  organ tubuh yang menjadikan film The Autopsy of Jane Doe ini dilabeli begitu. Kalau mau nonton film ini buruan deh, karena sepertinya nafasnya tidak akan terlalu lama bertahan wara wiri di layar bioskop.



    Mengelola Waktu dan Keuangan Selama Bulan Puasa

    $
    0
    0
    Ramadan tiba... Ramadan tiba.... 
    Marhaban ya Ramadan....

    Lirik lagunya Opick ini tiba-tiba saja membenak lagi di kepala saya saat aroma Ramadan semakin kuat menguar.  Seperti yang sudah-sudah, kalau sudah masuk bulan puasa begini,  selalu deh ada yang berubah dalam rutinitas kita selama 30 hari ke depan. Khususnya soal waktu dan uang.

    Mengatur Waktu

    Kalau hari-hari biasa sebagian besar kita bangun sekitar jam 4 atau setengah 5 pagi, mau tidak mau saat bulan puasa jam biologisnya jadi maju. Bangun lebih awal dan menggeser sarapan pagi 3-4 jam lebih dini.Yang enggak biasa sarapan pagi pun, rasanya jarang banget melewatkan waktu sahur. Kecuali kalau kesiangan *huhuhu....* Lagi pula selain memasok amunisi tenaga, dalam setiap suapan sahur yang meluncur ke perut juga membawa keberkahan di dalamnya. Rugi rasanya kalau dilewatkan begitu saja. 

    Setelah waktu bangun lebih awal, bagi yang bekerja juga jadi berubah waktu aktvitasnya. Berangkat lebih awal dan bubar kantor lebih awal, tapi enggak jaminan bisa sampai rumah lebih awal. Alasannya? Macet! Belum lagi kalau ada agenda acara buka puasa bersama yang berderet-deret menanti. Misalnya dengan teman kantor, alumni sekolah/kampus, komunitas atau relasi.
    Saat bulan puasa bisanya jadwal bukabersama padat merayap
    Kalau sudah begini skala prioritas juga harus dipikirkan.  Kalau jam sahur jadi bounding time dengan keluarga, setelah berbuka jadi waktu yang tepat bersilaturahmi dengan tetangga usai tarawih. Biasanya kan, cuma saling sapa seperlunya. Nah, selesai tarawih pulang bareng menuju rumah itu waktu yang pas buat bertukar cerita dengan tetangga. Bertanya siapa yang sakit, lalu nengok bareng, berbagi tugas menyiapkan takjil untuk yang berbuka di masjid atau Ikut senang ada tetangga beda gang yang anaknya lulus kuliah. Eh, siapa tahu jadi jalan rejeki juga. Nawarin hijab, kue kering atau paket lebaran misalnya hihihi... Ya enggak apa-apa, dong? Kan salah satu berkah silaturahmi memang meluaskan rejeki. Ya, kan?

    Mengatur Keuangan

    Setelah soal manajemen waktu selama puasa, yang juga mau tidak mau harus dipikirkan adalah manajemen keuangan. Memindahkan waktu makan dari siang ke sore, yang hitungan kasarnya cuma dua kali sebetulnya tidak selalu identik dengan kata irit. Malah yang ada semakin membengkak. Bikin girang hatu inflasi gentayangan aja.  

    Sesekali makann sahur seadanya hanya dengan mie instan atau nasi goreng karena waktu mepet, ya selow aja alias ga masalah. Tapi kalau tiap hari? Ga sehat juga. Lalu untuk menu berbuka, mesti deh ada takjil. Semacam kurma, kolak, sup buah, puding atau apapun. Sunah mengawali buka puasa dengan makan yang manis, walau tidak selalu bersama yang manis (hus!) jadi ladang rejeki buat punya usaha makanan seperti ini. Salah? Ya Enggak. Tapi jangan kebanyakan juga karena terlalu banyak makan yang manis bisa 'ngomporin' kadar gula melesat. Masa sih, lebaran nanti mau dihabiskan meringkuk di rumah atu tepar di rumah sakit? Yaaa, jangan atuh lah. 
    kapan terakhir kali reunian dengan teman sekolah? foto: Fitri
    Bukan soal variasi makanan saja yang jadi konsennya manajemen keuangan selama puasa. Selain menyiapkan anggaran untuk buka puasa (kan ga mesti selalu buka puasa disponsorin melulu :D), yang suka masuk daftar antrian pengeluaran selama Ramadan sampai hari lebaran nanti adalah  paket lebaran, pos THR (kalau punya ART/sopir atau karyawan lainnya), ongkos mudik (kalau pulang kampung pake kendaraan sendiri ongkos service motor/mobil ke bengkel juga ikutan masuk),  dan membeli pakaian lebaran, khsusunya baju muslim wanita lengkap dengan aneka printilannya seperti hijab/pashmina dan sepatu yang matching :D
    foto: Zalora
    Mahluk Tuhan yang belabel perempuan memang paling peduli soal mix and match pakaian.  Kan ga asik misalnya  dress atau blouse pake warna ungu, tapi hijabnya warna hijau misalnya.  Bahkan untuk pashmina warnah merah biasanya ga plek satu warna. Ada warna merah cabe, fusia, maroon,  magenta, pink, merah bata dan entah warna turunan lainnya.

    Lalu Gimana?

    Berhubung setiap orang kondisinya, kebutuhannya, dan pemasukannya ga sama persis  mendingan dari sekarang dibuat deh to do list dan skala prioritas anggarannya. Jangan sampai tekor. Syukur-syukur dari THR tahun ini tidak habis menguap semuanya seiring menghilangnya opor, ketupat dan kastangel dari meja makan. Kebutuhan lainnya setelah lebaran masih ngantri dengan manis. Tahun ajaran baru dan hari raya qurban suhdah masuk barisan, tuh.

    Menu Istimewa Iftar Buffet dan Iftar Indulgence Bersama The Trans Luxury Hotel

    $
    0
    0
    Menu Istimewa Iftar Buffet dan Iftar Indulgence Bersama The Trans Luxury Hotel - Hanya garam dan lada hitam lalu ditambahkan minyak zaitun  yang digunakan oleh Chef Lukman Hakim yang berduet bareng Chef Marco  untuk memasak steak sore itu di sisi luar The Restaurant Trans Luxury. Wanginya sukses memancing alarm lapar di perut saya bereaksi lebih peka. Ah, wanginya saja terasa  perfecto! Apalagi rasanya, ya?  Sebelum menyaksikan kehandalannya memasak, saya sempat berkenalan dengan Chef Marco yang ramah. Beliau lebih dulu menyapa. "Nice to meet you," Dengan senang hati, saya membalas dengan modal bahasa Inggris yang lumayan. Lumayan pas-pasan  maksudnya :).


    Sore itu, Saya bersama teman-teman food blogger dan media mendapat undangan untuk mencicipi menu andalan The Restaurant dan  The 18th Restaurant and Lounge. Kali ini The Trans Luxury Hotel yang tahun ini mengusung tema buka puasa  Iftar Buffet at The Restaurant dan Iftar Indulgence at The 18th Restaurant.  Kurang lebih ada 100an menu yang akan disajikan selama bulan puasa oleh The Trans Luxury Hotel. Wuih,.... Banyak sekali, ya? 

    Seperti yang sudah saya bilang tadi, kalau di sesi pertama ada Chef handal asal Italia, Chef Marco Megdalia  dan Chef Lukman Hakim yang mendemonstrasikan cara mengolah Steak. Namanya cukup panjang, Roasted Australian Beef Strip Loin with Herb Crusted and Beef Jus.  

    Daripada pusing-pusing menghafalkan namanya, mari kita sepakati dengan sebutan pendek, Steak saja.  Di sela-sela memasaknya,Chef Lukman juga bilang kalau The Trans Luxury ingin menjadikan sajian steaknya sebagai steak paling enak yang ada di kota Bandung. 

    aneka bagian daging yang diola jadi steak di Trans Luxury Hotel
    Hmmm..... Jadi tak sabar membuktikannya. Dan ternyata emangsteaknya enak, pake banget. Seingat saya, ini pengalaman saya mencicipi steak dengan tingkat kematangan medium rare. Tidak terlalu matang memang. Walau masih kemerahan, dagingnya empuk, tidak sulit dikunyah dengan sedikit rasa juicy.  Tanpa menggunakan bahan penyedap, rasa gurih steak ini dihasilkan dari komposisi rempah-rempah yang digunakan saat dimasak bersama dengan tulang dengan panas 200 derajat selama 45 menit. Hmmm... sepertinya ini salah satu rahasianya. Rahasia lainnya? Ah sudahlah tidak usah banyak bertanya, datang saja dan buktikan sendiri rasanya.



    Dan.... seperti ini tester yang saya cicipi.  Kecil, ya? Tenang. Ini baru penjajakan (((penjajakan))). Soalnya masih ada 2 varian lagi yang akan saya cicipi plus menu utama dinner setelah sesi demo.  Harus menyisakan ruang yang cukup di perut saya, dong :)


    Di sesi ke dua ada Chef Reni yang mendemokan cara mengolah Bread Butter Pudding with Raisin and Cinnamon Powder. Kalau gampangnya sih kita sebut saja puding roti saja, ya. Sebenarnya roti apa saja bisa kita gunakan untuk membuat puding ini. Hanya saja kalau ingin mendapatkan rasa yang mateh, Chef Reni menyarakan menggunakan Croissant sebagai bahan utama. Kalau memang cuma ada roti biasa, ya sudah gunakan saja roti biasa dan tinggal menambahkan butter ke dalam adonannya. Puding ala Chef Reni ini dimasak dalam oven dengan cara disteam. Aroma eksotis cinnamon dan manisnya kismis serta legitnya susu bakal menjadikan sajian buka puasa dengan puding ini jadi terasa semakin nikmat. Afdol!


    Di sesi penutup acara petang itu, gilirannya Chef Rizki yang menyajikan cara mengolah Mix Grill. Dengan menggunakan bahan daging kembali (lamb rack) yang disajikan bersama garnish berupa mash potato yang digoreng penampakannya mirip perkedel, eh roti goreng kecil yang sekilas mirip tahu bulat juga hahaha. Ah kenapa saya galau mendeskripsikannya? Rasanya yang pasti terasa garing dan gurih. Pasangan serasi untuk Mix Grill dan lelehan sausnya.  Guys, you must try it! Kalian harus mencoba.

    Selain ketiga menu di atas, mulai jam 18.00 s/d  22.00 WIB  The  Restaurant   akan menyajikan lebih dari 100 hidangan iftar secara bergantian selama bulan Ramadan dengan  harga yang dipatok Rp. 229.000 net/orang untuk hari senin sampai dengan kamis atau dikenai charge Rp. 335.000 net/orang jika berbuka di sini pada hari Jumat sampai dengan Minggu. Masih ada Australian Rib Eye, Beef Stroganoff dan Pecking Duck plus hidangan cuci mulut termasuk diantaranya esk krim Baskin Robbins. Hmmm... yummy! Bila mempunyai kartu kredit  Bank Mega, kita akan mendapatkan potogan harga  yang lumayan. 50%, lho! Sedangkan untuk pemegang kartu Bank Mandiri, akan mendapat diskon juga sebesar 35%. Lumayan, ya?

    Sajian puding ini juga bisa dinikmati saat berbuka di sana

    suasana berbuka puasa di sisi luar The Restaurant, Hotel Trans Luxury lantai 3
    Sementara itu kalau berbuka di arena The 18th Restaurant, Culinary Team The Trans Luxury sudah menyiapkan Sharing Menu dengan menu spesial yang sudah merangkum Tajil Sharing Selection, Appetizer, dan menu utama berupa 950 gram US Prime Flamegrilled Meats (terdiri dari Herbs and garlic Sausage 300 gram, Tajima Robatayaki 150 gram, Lamb Rack 200 gram, dan Prime Sirloin 300 gram) dengan paket harga per orang sebesar  Rp. 400.000++ (minimal reservasi untuk dua orang).  

    Sebagai informasi, The Restaurant sudah mengantongi Sertifikat Halal dari LPPOM MUI.  Jadi, tidak perlu khawatir komposisi bumbu atau bahan dan peralatan memasak yang digunakan di sini terkontaminasi   bahan makanan/minuman yang diharamkan bagi umat Islam.

    Sebelum pulang, saya sempat mencicipi beberapa hidangan lainnya. Selain infused tea, salad, dan es krim Baskin Robbins, saya tidak melewatkan bistik ini Paling susah mengabaikan sajian ini. Kalau yang menyukai pasta (saya menyebutnya seblak ala Italia hihi), mie dan aneka roti atau  nasi perasmanan juga bisa mencicipi saat berbuka.  



    Tertarik? Untuk informasi lengkap atu sekalian mau reservasi promo buka bersama di The Trans Luxury langsung saja telepon ke +62 022 8734 8888, chat via WA ke +62 0812 2317 1391 atau bisa juga  via email ke reservation@thetranshotel.com

    Selamat memilih dan jangan melupakan esensi puasa untuk menahan hawa nafsu, termasuk nafsu makan. Ga mau kan, keenakan 'kulinera' saat berbuka pas sahunya malah begah karena kekenyangan?

    Enaknya Digombalin Ikan Asap Rame-rame

    $
    0
    0
    Ada yang belum pernah makan atau beli nasi dan lauknya di warung nasi Padang? Rasanya nyaris enggak ada deh.  Saya sendiri termasuk yang jarang
     Sesekali saja, sih. Olahan bumbu Padang itu ga diragukan lagi, enak. Hanya saja rasa bersalah yang tertinggal sesudahnya itu, lho. Lemak! Hihihi.... Makanya sesekali saja  saya makan atau beli makan di sana. 

    Dan... kalau ngomongin menu makannya, ikan kembung adalah salah satu favorit saya. Malas mengolah sendiri, meski bisa beli di pasar yang sudah dibersihkan sama penjualnya adalah salah satu alasannya :). Alasan lain yang jadi dalih bagi kebanyakan orang Indonesia yang konsumsi ikannya mengharukan adalah bau amis atau bau tanah. Ikan patin misalnya, ikan ini entah mengapa di lidah saya terasa pekat sekali aroma tanahnya.  

    Padahal kalau sudah diolah, ikan itu enak. Apalagi kalau ikannya gurame atau ikan mas (yee ga usah dibahas lagi atuh ini mah). Tapi kenapa ya masih saja minat konsumsi ikan itu kecil sekali di Indonesia? Padahal  dengan luasnya lautan yang mengelilingi kepulauan Indonesia, stok ikan di nusantara ini bejibun, banyak pake banget.

    Kalau makan di tempat lain seperti pujasera pun, biasanya saya lebih suka makan ikan yang dibakar atau dipepes. Alasannya gampang saja, karena kalau digoreng khawatir minyaknya  sudah melewati ambang batas tolerasi ke-jenuh-annya (maafkan kalau istilahnya maksa :D).  Protein yang bikin pintar dan kolestrol baik yang terkandung dalam daging ikan jadi terusik sama minyak  goreng yang dipakai. 

    Eh tapi bagaimana kalau ikannya diolah dengan cara diasap? Nah, sejujurnya ini pengalaman perdana saya mencicipi ikan asap.  Duh ke mana aja,  Neng?

    Pekan kemarin bersama 8 emak-emak KEB Bandung, saya menyambangi Gombal Asap di jalan Taman Cibeunying Selatan miliknya Mbak Cicil dan suaminya, Mas Indra. Kedainya sendiri baru dirintis sekitar Februari 2015.  Berawal dari kesukaan yang sama-sama hobi makan ikan, juga mendukung program konsumsi ikan yang digagas oleh Bu Menteri Susi, keduanya mantap merintis usaha kuliner yang khusus menyajikan olahan ikan dengan nama Gombal Asap.
    Ikan Tongkol Asap
    Ikan Kakap Asap
    Sempat bingung apa hubungannya ikan dan kegombalan? Eh ternyata nih, Gombal Asap  berarti Sego dan Sambal. Lucu, ya? Pemberian namanya bukan cuma unik, tapi pas dan mudah diinget. Kedai Gombal Asap  yang hanya ada satu-satunya di Bandung ini buka setiap hari mulai jam 11 siang sampai jam 20.30. 
    Ikan Kuwe (Putihan)
    Sambil mencicipi aneka sajian khas dengan sambal fresh yang dibuat dadakan (bahkan terasinya pun original lho, karena diracik sendiri oleh mamanya Mbak Cicil), kami sempat nanya ini itu dalam obrolan yang seru dan hangat. Sehangat nasi dan ikan asapnya. Gombal Asap menyajian berbagai olahan ikan asap seperti ikan pari (iwak pe) termasuk mangutnya, ikan putihan (kuwe), ikan bawal, ikan kakap dan ikan tongkol.  Ikannya sendiri didatangkan khusus dari Probolinggo  dan sudah diasapi di sana.  Jadi, begitu sampai ke Bandung sudah siap diolah dengan kehigienisan dan kualitas yang terjaga karena dikerjakan oleh ahlinya langsung. 
    Ikan Bawal
    Mana yang paling enak, Fi? 
    Semuanya enak, tapi paling berkesan (((berkesan))) adalah sajian ikan pari ini.  Tanpa banyak bumbu, rasa originalnya terasa banget di lidah, apalagi kalau dicocolkan dengan sambal matah plus lalapannya.  Beuh, berasa punya surga sendiri! Yang lain mah ngontrak aja hihihi...
    Ikan Pari Asap
    Bagi yang menyukai olahan berkuah, Gombal Asap menyediakan juga Mangut ikan Pari yang disajikan dengan tahu dan tempe. Berhubung saya juga penyuka tahu, mangut ini pun tidak saya biarkan lolos dari sergapan lidah (lebay).  
    Mangut Pari
    Setiap memesan ikan, kita akan mendapatkan nasi panas, sambal dan lalapannya. Ada empat sambal ala Gombal Asap yang bisa dipilih. Selain sambel terasi, ada sambal matah, sambal mangga dan sambal wuluh yang sayangnya stoknya lagi kosong. Penasaran deh, kira-kira seperti apa ya rasanya sambal wuluhnya. Mudah-mudahan kalau nanti saya ke sana lagi sudah ready alias ada.
    Sambal Mangga

    Sambal terasi, foto: Dydie Prameswarie

    Sambal matahnya. Foto Dydie Prameswarie
    Penasaran berapa harganya?
    Satu paket komplit nasi, ikan, sambal plus lalapannya cuma Rp. 29.000an saja. Murce alias murah cekali, kan? Kalau cuma mau makan ikannya saja kita cukup bayar Rp. 27.000an.
    Nasi dan lalapannnya jangan lupa
    Tuh, sekepal nasi, sambal dan lalapannya cuma dihargai dua ribu. Tapi masa sih, dateng ke sini cuma beli nasi dan sambal serta lalapannya saja? Huehehe...
    Ikan asap kemasan frozen
    Kalau tidak sempat mampir ke lapaknya Gombal Asap yang beralamat di jalan Taman Cibeunying Selatan No. 33 bisa kok, pesan  delivey order atau Go Food. Bisa pesan paket ikan yang sudah lengkap  atau mentahan frozenya untuk diolah di rumah. Kalau beli yang kemasan frozen, harganya bisa bervariasi tergantung ukurannya. Sebelum pulang saya sempat memesan ikan putihan dan pari frozen untuk dimasak di rumah plus dikasih bonus trio sambal fresh yang dibuatkan langsung oleh Mbak Cicil. Nyam nyam....

    Yang di Bandung atau punya rencana liburan ke Bandung, pastikan untuk mampir ke Gombal Asap, ya. Saya jamin deh akan merasakan surganya kuliner yang berbeda. 

    Gombal Asap
    Jalan Taman Cibeunying Selatan No 33 Bandung (halaman Gudeg Banda)
    IG: @Gombalasap
    WA:  081939647496




    Tentang Bahasa Ibu dan Keberagaman di Indonesia

    $
    0
    0
    “Ah sialan lu, Fi,” Nola teman saya asal Riau ngomel-ngomel waktu tau jadi korban candaan saya.   Ekspresi wajahnya yang polos berubah jadi kesal ketika tahu maksud dari Abdi goreng itu bukan saya cantik, tapi saya jelek. Sementara teman saya yang lainnya ada yang terkekeh atau mengulum senyum  melihatnya.  Ah, Nola apa kabarmu sekarang? Kangeeen…

    Saya mengenal Nola cuma setahun saja. Teman satu jurusan waktu kuliah di jurusan IESP (sekarang ilmu ekonomi) di Unisba. Entah kesepakatan dari mana dan sejak kapan, selalu saja kalau ada teman yang berasal dari daerah yang berbeda bahasa,  menyodorkan kosa kata baru yang bernada ‘jail’ jadi seperti hal yang tidak bisa dilewatkan. Eh ini dulu, lho. Dan jangan dicontoh, ya.
    sumber foto: klikkabar.com
    Selesai ngomel-ngomel Nola lalu bilang begini, “Tunggu pembalasan gue.” Waktu itu tidak terasa ada nada dendam, tapi kelucuan yang malah semakin menggelitik. Sambil cuek dan tertawa  saya meladeninya. “Sok weh (silahkan saja).” Padahal sempat terlintas kecemasan pembalasan karena kekualatan.  Dan Nola berhasil membalasnya.

    Setelah libur lebaran, sebelum memasuki semester dua, Nola tiba-tiba meminta saya menemani mengurus administrasi pindah kuliah. Saat itu perkuliahan masih libur namun untuk urusan administrasi di fakultas masih tetap berjalan.

    “Lho Nol, kok pindah?”

    “Iya, emak gue nyuruh balik ke Riau,” 
    Nola pun menceritakan alasannya kenapa pindah.   Selesai mengurus administrai Nola mengajak saya makan siang dengan dua saudara sepupunya dari Riau.  Karena tidak mengerti bahasa yang digunakan Nola dan saudaranya itu ketika ngobrol, saya diam saja.

    “Lu ga ngerti kan, Fi? Rasain pembalasan gue!” cetus Nola sebelum melanjutkan obrolan siang itu dengan bahasa persatuan, bahasa Indonesia hahaha…

    Ternyata Nola masih ingat janjinya tempo hari. Ampun Nol.

    Sebenarnya bukan hanya Nola teman saya yang berasal dari luar Jawa Barat.  Teman-teman saya yang satu jurusan atau lintas fakultas banyak yang berasal dari luar daerah juga. Dari ujung barat sampai ujung timur. Adri, salah satu teman saya asal Makasar, malah punya kecerdasan linguistik yang mengagumkan.

    Dalam waktu singkat, kemampuannya berbahasa Sunda nyaris tidak ada bedanya dengan  orang Bandung atau Jawa Barat. Walau strata bahasa Sundanya termasuk bahasa loma (bahasa sunda sehari-hari yang tidak pas digunakan kalau ngobrol dengan orang tua atau yang kita hormati). 

    Saya sempat terkikik mendengar ceritanya. Satu hari, audiens yang menunggu kehadiran Band Potret (itu lho, bandnya Melly Goeslaw dan Anto Hoed)  terkecoh mengira dirinya Melly. 

    "Urang disangka artis euy (saya dikira artis, lho). Ngan ngarambek pas nyaho lain Melly nu asli (tapi pada kesal pas tau bukan Melly yang asli)." Mungkin merasa rugi menghabiskan beberapa film untuk memotret. Akhir tahun 90an teknologi ponsel belum canggih dengan fitur kameranya. Jadi sebisa mungkin pengambilan foto dengan kamera memang efektif.

    Wajah dan posturnya memang mirip hanya saja Adri ini lebih kecil. Sama seperti Nola, saya juga kangen sama Adri yang juga memutuskan pindah kuliah di kampus lain

    Bukan Nola saja yang dibuat ‘roaming’ itu tadi. Kadang beberapa kali saya juga tidak mengerti  ketika menyimak obrolan orang lain dengan bahasa ibu yang berbeda. Misalnya ketika main ke Jogja dan bertemu dengan teman-teman dari daerah Jawa dan sekitarnya. Hanya beberapa patah kata yang saya tangkap. Sisanya? Blas! Daripada pusing dengan kamus yang harus dicari, saya punya jurus ampuh untuk mengatasi. Tolong pakai bahasa persatuan. Hahaha… lagi-lagi saya ingat omelannya Nola tempo hari itu. Duh, sebegitu kuatnya “semacam kutukan” itu?

    Beberapa waktu yang lalu, sekitar pertengahan Mei 2017 ini MPR menggelar acara Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan untuk teman-teman Blogger di Bandung. Jauh hari sebelum itu, sekitar 2 tahun yang lalu di Solo ketika menghadiri acara Gathering Netizen MPR, saya sempat mengerutkan kening. 4 Pilar MPR? Apaan sih? Jujur saja saya masih bingung. Walau dari SD sampai kuliah semester awal mendapat pelajaran Pancasila, selama ini di kepala saya tidak lebih dari sekadar teks, teori saja.  

    Barulah kemudian saya memahami kalau aplikasi dari 4 Pilar Kebangsaan (Pancasila,UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI) tidak ribet. Sangat dekat dengan keseharian kita.

    Sebuah penelitan menemukan hasil kalau Indonesia memiliki  741 bahasa, menduduki peringkat kedua di dunia setelah Filipina. Uniknya, memilih bahasa Melayu yang jadi bahasa nasional berasal dari populasi etnis minoritas jika dibandingkan dengan etnis lainnya, bahasa Jawa yang lebih banyak penuturnya. Pemilihan bahasa nasional tanpa konflik ini juga sudah disepakati jauh hari sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya. Masih ingat bunyi Sumpah Pemuda, kan?
    sumber foto: http://www.damniloveindonesia.com
    Saat ini saya sudah cuek menghadapi kebingungan kalau sudah menghadapi perbedaan bahasa. Ada beberapa kosa kata baru bahasa daerah lain yang saya ingat walau kebanyakan menguap lagi. Dalam beberapa film nasional biopic seperti Kartini atauGuru Bangsa saya tetap enjoy menyaksikannya. Sub title alias terjemahan yang muncul di layar membantu saya mencerna alur cerita yang diangkat.

    Di sisi lain saya senang sekali ketika film Shy-Shy Cat  yang mengangkat kearifan lokal urang Sunda dalam balutan komedi yang ringan, segar  namun sarat dengan pesan yang tidak menggurui. Kalau  semakin banyak kearifan lokal yang diangkat menjadi cerita film (masih ada Salawaku atau Fabulous Udin yang bercerita latar belakang kebudayaan lokal) bukan tidak mungkin industri film nasional Indonesia jadi  geraka budaya seperti film atau Drama Korea yang banyak penggemarnya di luar negeri.  Kenap tidak? Ya, kan?

    Jika diperhatikan, lingkaran pertemanan yang kita miliki baik dalam keseharian atau media sosial (facebook, twitter, instagram) saya yakin  banget tidak ada yang hanya terbatas dalam satu latar belakang suku saja. Bukan masalah juga, karena ada bahasa Indonesia yang menyatukan semuanya dalam status atau komentar. Kalaupun ada bahasa daerah yang terselip,  malah bisa jadi salah satu cara sederhana mengayakan perbendaharaan kata yang dimiliki.

    Ini baru satu contoh saja  dalam keberagaman yang ada di Indonesia.  Kalau kekayaan bahasa tidak menjadi konflik, saya berharap perbedaan lainnya tidak membuat Indonesia terkotak-kotak.  Saya yakin  para founder father dan pejuang kemerdekaan  dulu tidak rela melihat negeri ini jadi ribut melulu. Ayolah, bersatu untuk Indonesia. 

    The Fabulous Udin, Kecerdasan Sosial dan Kearifan Lokal

    $
    0
    0
    Kalau disebut film yang menyasar segmen remaja, sepertinya kebanyakan dari kita akan mengidentikannya dengan alur cerita yang pakemnya sama.  Tidak jauh dari cerita anak-anak remaja smp-sma yang labil, cinta monyet dan (nyerempet) gaya hidup modern yang hedonis. Atau apakah ini cuma saya saja yang punya pikiran seperti ini, ya?

    Waktu tayang di bioskop, saya tidak sempat pemutaran film The Fabulous Udin. Resensi atau thrillernya pun saya tidak memerhatikan (maafkan :)). Baru  bulan Mei kemarin saya punya kesempatan menyaksikan pemutaran film ini di Fakultas Sastra Unpas, jalan Setiabudi Bandung yang digagas oleh Forum Film Bandung. Menyelinap di antara puluhan mahasiswa yang usianya hampir setengahnya usia saya bukan alasan buat malu ikutan nimbrung  hihi.  Dan ternyata seperti judulnya, film ini memang Fabulous, Menakjubkan!

    Dibintangi oleh Azil Dito (Udin), Bella Graceva Amanda Putri (Suri), Alddy Rialdy Irawan (Ucup) Difa Ryansyah (Jeki) da Zulva Maharni (Inong),  The Fabulous Udin menceritakan persahabatan 5 remaja kelas 3 SMP yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama dan kondisi ekonomi yang berbeda. Namun, perbedaan yang terjadi di antara mereka bukanlah halangan untuk merajut manisnya persahabatan dengan sedikit bumbu cinta yang proporsional selama 94 menit film ini berjalan.
    Sudahkan Menertawakan Masalah Hari Ini?
    Adegan Udin yang menertawakan Ucok, seorang pemuda yang ingin bunuh diri memyelipkan pesan cerita yang terus terbawa sampai akhir film.  Ucok  dilanda stres dan merasa harga dirinya sebagai pemuda Batak memalukan identias dirinya. Ia tidak bisa meraih sukses selama merantau di Sukbabumi. Walau sempat kesal merasa rencanannya diganggu, ia  mengurungkan niatnya. 

    Udin mempersonifikasikan masalah sebagai sosok  manusia yang harus ditertawakan. Dengan ditertawakan ia akan berlalu dan masalah selesai. Persahabatan  dua laki-laki dai generasi yang sedikit berbeda terajut, bahkan Ucok pun diangkat anak oleh Emak (Lidya Kandau) ibunya Udin yang memosisikan Udin sebagai harta yang paling berharga dalam hidupnya.

    Anak Sekolah Tidak Selalu Alay dan Lebay

    Saat masuk sekolah, Udin mengenal Suri, murid baru dengan penampilan aneh karena mengenakan topi rajut untuk menutupi kepala botaknya. Dibalik gesturenya yang konyol dan mungkin terkesan 'ngenyek', sesungguhnya Udin sudah jatuh cinta pada Suri. walau ditegur oleh guru yang hari itu mengajar. Di sisi lain,  Suri tidak merasakan sikap Udin sebagai seorang teman yang annoying. Malahan di hari itu juga Suri memilih Udin untuk mendapat hadiah sebagai salam perkenalan.

    Jika Udin sudah tidak memiliki Ayah dan selalu tertawa lepas mengabaikan masalah dengan kecerdasan sosial yang dimilikinya, lain ceritanya dengan teman-teman lainnya. Dibalik kegokilan dan tingkah anak-anak remaja, masing-masing dari kelima sahabat ini mempunyai masalah sendiri. Ada Suri yang memiliki penyakit tumor otak dan divonis berusia pendek, Ucup yang tidak jelas bagaimana asal usul keluarganya, Jeki yang berlimpah harta tapi selalu menyembunyikan masalahnya dan Inong yang harus memangkas mimpinya karena keterbatasan ekonomi orang tuanya. 

    Dari persahabatan kelimanya, kita juga belajar jika sahabat tidak diciptakan untuk mencegah kita dari jatuh, tapi untuk membangunkan saat terjatuh.  Ah, so sweet.

    Mewujudkan Kebahagiaan dan Mimpi Orang Lain

    Masalah demi masalah hadir di antara mereka dan dihadapi dengan solidaritas yang sederhana tapi ngena dan menguatkan. Berawal dari Ucup dan Jeki yang diskors oleh guru Matematika, Udin mengatur skenario agar tidak ada lagi teman-temannya yang stres karena belajar dibawah ancaman dan target yang dibebankan oeh guru. Masa depan mereka terancam terampas jika terus ditekan oleh karakter seorang guru yang otoriter dan menyeramkan. Alih-alih mengadukan masalahnya pada orang tua, lewat kekompakan teman-teman satu angkatan, mereka berhasil mengatasi masalah melawan tekanan guru matematikanya dengan cara yang gokil.

    Yang paling bikin mencelos adalah cinta segitiga antara Udin, Inong dan Suri. Hampir saja untuk kedua kalinya Udin berniat melarungkan rasa sukanya pada gadis yang disukai jika tidak dipancing secara halus oleh Mamanya Suri. Sementara Inong yang tulus bersahabat dengan Suri lebih dewasa mengatur irama hatinya. Ia masih bisa bersikap santai merespon sinyal-sinyal rasa suka yang semakin lama semakin muncul dalam ritme yang halus di antara Udin dan Suri. Salah satunya adalah  adegan meniru fragmen ala Titanicnya Jack & Rose di atas menara di tepian pantai  dan meneriakan I'am Flying Jack.

    Dengan kecerdasan sosialnya yang tidak pernah habis  pun, Udin berhasil menyelamatkan  masa depan Silo, kakaknya Jeki. Bagian ini juga cukup menyentuh karena melibatkan dua keluarga, seorang pastor (diperankan oleh Roby Sugara) yang sempat menolak meluluskan idenya Udin juga hadangan dari seseorang yang menyimpan dendam pada Udin.

    Jangan Takut Salah

    Ada yang pernah merasa tertekan dan takut melakukan kesalahan? Ngacung dong, jangan takut malu. Di film ini, untuk kali pertama Suri mengikuti upacara bendera di sekolah dan menjadi dirijen. Karena untuk satu alasan, Inong menggantikan posisi pemimpin upacara yang biasanya dipegang oleh Udin. Untuk menenangkan Inong, Suri berseloroh jika pengalaman petamanyaitu bisa menimbulkan kesalahan, dirinya siap menemani Inong untuk alasan yang sama. "Kalau  pada salah, upacaranya ga bener, dong?" Inong tertawa menanggapi hiburan Suri.


    Film dan Kearifan Lokal
    Setelah film Shy-shy Cat, ini adalah kali kedua saya menyaksikan film yang mengambil lokasi syuting di di Sukabumi. Bentang alam yang banyak menyajikan keindahan pantainya.  Film tidak selalu identik dengan produk komersil atau menyelipkan ideologi yang diusung sutradara di dalamnya.Unsur sinematografi di dalamnya juga jadi ajang promosi gratis untuk wisata daerah di mana film ini di buat.  

    Dari The Fabulous Udin, kita bukan hanya belajar kepekaan sosial dari sudut pandang anak - anak remaja yang kerap dicap alay atau ababil saja. Kearifan lokal masyarakat sunda, khususnyanya masyarakat di Sukabumi bisa jadi referensi destinasi wisata sebagai salah satu aset pendapatan daerah pemerintah setempat.  

    Yang tidak kalah menariknya dari film ini, karakter Udin yang dimainkan oleh Azil Dito mempunyai latar etnis Batak. Namun lentong (aksen/logat, sunda) yang dituturkannya terasa halus, tidak terasa kagok alias nanggung. 

    Sebagai informasi, Bahasa Sunda termasuk bahasa daerah yang memiliki populasi penutur yang banyak dan masuk dalam kurikulum muatan lokal disamping bahasa Bali dan bahasa Jawa.  Namun di sisi lain, bagi sebagian besar pelajar,  mempelajari bahasa daerah masih dirasa ngejelimet dan lebih sulit dari bahasa asing seperti bahasa Inggris. 

    Penggunaan kosa-kata yang aplikasinya jarang digunakan (misalnya hawu yang berarti perapian yang menggunakan suluh (kayu bakar) atau alat-alat masak tradisional yang sudah langka seperti  nyiru, aseupan, halu), atau strata bahasa yang sering tertukar bisa jadi salah satu kendala untuk menguasainya. 

    Saya sendiri  nih, untuk menggunakan bahasa Sunda lebih nyaman menggunakan Sunda loma, yang kosa katanya digunakan untuk sebaya. Sementara bila bertemu orang tua atau sepuh yang mengajak ngobrol dengan sunda yang halu, sering dibuat bingung. Takut salah menjawab, khawatir dianggap tidak sopan. Akhirnya jurus paling mudah yang sering saya ambil adalah mencampurnya dengan bahasa Indonesia. Rasanya lebih aman hehehe.

    Menariknya walau dianggap mata pelajaran yang sulit,  penutur bahasa daerah di kalangan pelajar masih tinggi. Hasil sebuah penelitian, tercatat 85% siswa masih menggunakan bahasa daerah untuk percakapan sehari-harinya. 

    Dalam diskusi hari itu juga mengemuka wacana menarik di mana bahasa daerah bisa menjadi solusi untuk mengatasi daya serap siswa mencerna materi pelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh seniman dan sastrawan Sunda, Ajip Rosidi,  kegagalan siswa memahami materi yang disampaikan guru bisa jadi tidak memahami bahasa yang digunakan, bukan materinya itu sendiri.  Hmmm, ada yang merasa sama seperti itu?





    Mengenang Cara Makan Waktu Kecil

    $
    0
    0
    Ngomongin makanan yuk. Tapi kali ini bukan review atau resep. Tiba-tiba aja kepikiran pengen ngebahas kebiasaan makan waktu kecil dulu. Kebiasaan yang kalau udah besar dan kita lakukan di depan orang lain, apalagi di tempat yang ramai bikin kita mikir dua kali. Hmmm, wait-wait... jaim lah! Itu alasanya. Tapi tidak bisa kita pungkiri kebiasaan itu sesekali  atau sering kita lakukan kalau lagi sendirian atau di depan teman dekat yang mana urat malu kita jadi longgar hihihi. Ah elu aja kali itu mah, Fi.

    Hayu buat pengakuan di antara list ini mana yang masih kita lakukan?

    Kue lapis dan sejenisnya

     Namanya juga lapis, ya berlapis-lapis lah layer warnanya. Ada yang dua warna atau lebih. Waktu kecil dulu saya suka mengurai lapisan demi lapisan untuk dikunyah sampai habis. Makin banyak lapisannya makin seru huahaha...
    foto: http://chindonews.blogspot.co.id/2014/12/tradisi-makan-kue-lapis-di-musim-dingin.html

    Kalau lagi bareng temen, sambil cuek ngalor ngidul, saya kadang masih melakukan ini. Lain ceritanya makan lapis ini pas lagi ada jamuan yang sifatnya resmi. Ya udah kunyah langsung. Kan jaim :) Cara yang sama juga suka saya lakukan kalau makan talam. Cuma ini  rada kurang seru mengurai lapisannya. Biasanya cuma dua.  Ada yang bisa kasih tau selain kue lapis, lapis legit atau lapis surabaya  apalagi yang bisa diginiin?

    Pisang Goreng dan Tahu Isi

    Ada yang suka pisang goreng? Toss dong. Samaan kita. Nah, selain gehu alias tahu isi, pisang goreng ini adalah jenis gorengan kesukaan saya.  Dulu nih, cara saya makan pisang goreng ga langsung digigit. Tepung terigu yang garing dan kriuk itu  dikelupasin dulu. Pisangnya kalau enak saya makan, kalau ternyata rada sepat ya ga dimakan. Kebiasaan yang ga baik ini mah :D. Kan jadi mubazir. Cara yang sama juga saya lakukan kalau makan pisang bolen goreng atau pisang bolen bakar.  
    foto: https://resepkoki.id/2017/02/24/resep-pisang-goreng/
    Untuk tahu isi, saya tuh paling seneng nemu yang sizenya jumbo, biar kenyangnya ga nanggung (apa maruk?).  Paling seneng juga kalau tepungnya keliatan banget garing dan tampak kriuk. Sama untuk yang satu ini. Saya makan dulu tepungnya. Tahu berikut isinya saya makan juga dong. Paling enak kalau makan bareng cabe rawit sih, ya. Tapi kalau dicocolin ke sambel, tepungnya ga saya kelupasin dulu.Nanggung, sih. 
    sumber foto: http://kuliner.ilmci.com/resep/2015/04/tahu-isi-sayuran.aspx
    Ah ya ada satu kebiasaan saya dulu waktu bocah yang norak kalau abis makan gorengan. Waktu usia SD belum familiar sama yang namanya tissue. Jadi abis makan gorengan kan biasanya tangan kita jadi berminyak. Bingung lah mau di-lap ke mana coba? You know what? Saya usapin ke kaki. *hitung-hitung ganti  body lotion* bahaha....  Untunglah ga ke muka. Hadeuh, hinyainya beneran hinyai itu mah.   Sekarang sih kalau buat mengurangi kadar minyak, suka saya tekan pelan-pelan pake tissue non parfume. Lumayan mengurangi kadar minyak yang mungkin sekali jahat sama pencernaan kita. Dah tau jahat tetep aja doyan.   Eh tapi saya picky alias suka pilih-pillih kok kalau beli gorengan. Kalau lihat minyak di wajan penjualnya udah item banget ya ga jadi beli. Udah gitu ga tiap hari juga, kok. Paling aman kalau makan gorengan sih buatan rumahan.

    Biskuit

    Ah pasti pernah ngalamin makan ala-ala iklan Oreo. Kalau ada biskuit yang ada krimnya dulu ga langsung digigit. Krimnya dijilatin dulu baru biskuitnya dimakan. Berlaku bukan cuma Oreo, tapi juga biskuit lainnya macam Khong Guan dan sejenisnya. Diiih nyebut merek ya hahaha.
    foto: http://lintasmetro.com/2016/01/17/oreo-satu-cookies-gak-bakalan-cukup-buat-diputer-dijilat-dan-dicelupin/
    Cara yang sama kurang lebih sama saya lakukan kalau makan kue kancing. Gula-gula manis yang keringnya itu saya gigitin dulu. Biskuitnya belakangan. Kadang ga dimakan dan sukses bikin saya diomelin sama mama. Ampuuun.
    foto: http://ncc-indonesia.com/2015/09/kukis-monas/

    Black Forest

    Coba mana suaranya penggemar black forest sejak kecil? Apa yang biasanya dilakukan kalau dikasih sekerat kue ini? Kalau saya bakal ngabisin cokelat serutnya dulu. Kalau beruntung dapet potongan yang ada buah cerinya, saya makan terpisah. Kalau nakalnya lagi kumat (((kumat))) suka nyuri-nyuri serutan cokelat atau colek-colekin cream dari bolunya yang masih utuh. Menyebalkan sebenarnya karena bikin penampilan jadi ga menarik.

    Kalau whipped creamnya tampak enak saya suka minta dilebihin hahaha.. Padahal ga sehat, ya.  Namanya juga anak-anak, kalau makan kue ini seringnya bikin jari tangan belepotan. Bukannya langsung dicuci buat membersihkan sisa-sisa creamnya tapi dijilatin dulu wkwkwk....

    Kerak Bolu Bakar

    Dulu mama saya rajin banget bikin bolu bakar.  Kalau sudah matang dan bolunya dibalikan di atass piring atau nampan, kadang suka ada sisa-sisa bolu yang nempel di loyang. Ada yang sudah kering tapi kadang juga masih rada basah. Suka saya colek-colekin sisanya. Entah kenapa, enak aja. Kecuali kalau bolunya over cook alias gosong, ya enggak mau lah/
    https://wisatakuliner.com/kuliner/tips-n-tricks/298-bolu-dan-souffle-yang-bantat.html 
    Kebiasaan makan saya lainnya waktu dulu kalau makan nasi goreng atau sayuran suka menyisihkan tomat, daun bawang/seledri, timun atau garnish lainnya seperti selada atau kol. Sekarang? Saya malah suka ngabisin sayurannya.Lumayan buat mengimbangi asupan lemak atau kolesterol dari daging atau nasi. Tapi kalau sajian steak dan sebagainya yang dikasih edible flower masih diskip. Lidah saya belum terbiasa kali ya dengan rasa bunga hiasan yang emang bisa dimakan ini.
    sumber foto: http://www.eattheweeds.com/edible-flowers-part-two/

    Daging Ayam 

    Suka ngelupasin kulitnya dulu baru makan dagingnya? Bukan ga enak, buat saya kulit daging aya iu enak, apalagi kalau ayam crispy. Kalau sekarang sesekali disisihin karena konon katanya kandungan kolesterolnya tinggi banget.  Walau kadang-kadang suka ngerasa mubazir kalau ga dimakan. 
    foto: http://www.browneyedbaker.com/buttermilk-fried-chicken-recipe/
    Nah, kebiasaan mana yang dulu pernah dilakukan? Atau barangkali mau menambahkan. Yuk komentar, ya. Mari menertawakan kekonyolan cara makan kita di masa kecil dulu.

    Memperkecil Ukuran Foto Untuk Meringankan Loading Blog

    $
    0
    0
    Tutorial Photo Resizer
    Memperkecil ukuran foto blog agar tidak loading lama.
    Fotonya dari pixabay
    Pernah ngecek ga laporan Google Analytic (GA) kemudian terharu sambil tersedu sedan (enggak segitunya kali) pas liat skor Bounce Ratenya montok alias gede?

    Saya pernah. Sampai di angka 80%! Sekarang lumayan sih, kalau ngecek di GA ga sampai dua digit. Asiiik. Walau pun sebenarnya traffic blog saya sekarang sebenarnya lagi ngedrop. Sempet googling ternyata algoritma google yang baru, Algortima Fred punya kebijakan baru dalam menilai backlink. Yang ga relevan  ga akan dirayapi dan itu menbuat postingan blog jadi rada lama terindeks . Huhuhu PR besar buat saya cekin backlink internal saya. Eh, mungkin juga faktor bulan puasa memengaruhi kunjungan blog. Mungkin lho, ya.

    Baca juga tulisan saya tentang tips agar pengunjung blog betah berkunjung, ya.

    Ah baiklah curhatnya segitu aja. Jadi kan gini. Satu waktu di grup WA Emak-emak Blogger Bandung, salah seorang emak curhat (enggak harus sama Mama Dedeh aja kan mau curhat mah) soal skor bounce ratenya yang guede. Ya kali kalau gajian gede mah kita girang, pake banget. Nah, kalau bounce rate gede lain cerita.

    Dari obrolan saat itu ternyata terdeteksi kalau ukuran foto yang diunggahnya punya size gede, di atas 1 MB. Ini juga jadi salah satu pencetus loading blog lama dan menyebabkan bounce rate itu tadi jadi gede skornya.

    Faktor lain yang bikin bounce rate jadi menggendut bisa juga disebabkan template atau widget yang unyu tapi ga perlu, ada pop up iklan (ada yang kesel sama penampakan yang satu ini?), artikel yang dicari ternyata ga sesuai harapan pengunjung dan konten yang lama ga diupdate. Hmmm cmiiw.

    Saya pernah bahas tentang memanjakan pengunjung blog juga lho di blog saya. Silahkan dibaca *wink-wink modus biar bertahan rada lama di sini hihi*

    Nah biar fokus, kita bahas tentang ukuran image alias foto yang kita unggah di blog, ya. Jadi nih kira-kira kalau nyantumin foto di blog langsung naikin begitu aja dari memori kamera atau hp? Pernah ngecek berapa ukurannya? Guede Cyiiin. Udah mah lama juga ngabisin kuota. Mendingan dipake streaming kan daripada buat unggah foto doang mah.

    Sebelum ini saya pake cara panjang demi unggah foto yang ukurannya kecil. Hadeuh,  katrok banget hahaha.  Jadi foto yang mau saya pake, dikasih watermark dulu atau enggak saya unggah dulu ke fb dengan setingan cuma bisa diliat oleh saya.

    Foto yang udah dinaikin ke FB secara otomatis ukurannya dipress alias diperkecil jadi ukuran dibawah 100 kb. Oke emang jadi singset. Tapi ribet, ga praktis. Karena saya unduh lagi ke lappy terus dinaikin ke blog. Ya walaupun secara kuota masih lebih irit dibanding cara langsung. Tapi dari segi waktu ga efektif dan efisien. 

    Ada sih cara konvensional,  file dari foto dicopy dulu ke laptop dan dikecilin resolusinya itu  pake aplikasi bawaan office. Ah tetep lama buat saya mah. Ribet.

    Madam Vivera urun pengalaman di chat kami saat itu. Beliau menyarankan aplikasi Photo Resizer.  Singkat kata singkat cerita saya cobalah test drive aplikasinya. Eh iya, beneran praktis dan ga pake lama. Diih ke mana aja, neng? Hahaha...

    Sebelumnya sih saya punya aplikasi enlarge photo. Ini saya pake buat ngegedein resolusi foto yang saya simpan di timeline medsos karena untuk keperluan bikin album. Biar ga pecah. Cuma ya itu ga kepikiran buat nyari aplikasi sebaliknya.  Big thanks Madame. xoxoxo :D

    Nah,karena seneng banget sudah mendapat pencerahan, saya mau bagi tips dan tutorialnya, ya. Gampang kok. Bentar,dan aplicable. Gampang diaplikasiin.

    Pertama-tama yang jelas unduh dulu aplikasinya dari Google Play (kalau HPnya android, yang pake iOS atau windows mudah-mudahan ada juga). Udah nemu? Oke, install ya.
    Silahkan dipilih kakak :)
    Setelah instalasinya sukses, buka deh aplikasinya. Lalu pilih foto mana yang akan kita sesuaikan ukurannya.  Seperti ini misalnya.

    Tuh liat, gede kan ukurannya? Sekarang tap fitur yang empat panah di atas. Nanti kita akan dikasih mau ngatur jadi berapa ukuran dimensinya. Kalau saya pilih 640 x 480 atau sebaliknya. Tap apa pilihan show more buat mendapatkan ukuran laih yang diinginkan.

    Setelah itu ukuran foto akan diproses dan taraaaa...

    Langsung singset! Yuhuuu!
    Aplikasinya nanti akan bertanya apakah file foto baru ini akan ditimpakan ke file lama? Saya sih iyes, demi ruang pemyimpanan yang lebih luas.

    And this is it pas saya cek di galeri.

    Gampang, kan? Ukuran aplikasinya ringan kok. Ga beratin memori hp. Palingan yang rada ganggu itu ada iklan yang muncul. Ya udahlah gapapa. Kalau ga ada sponsor aplikasi ini ga bisa kita nikmati. Kalau saya lihat di playstore, ratenya bagus. 4,6. Banyak user  yang merasa puas dengan aplikasi ini.

    Nah, kalau ukurannya udah oke, tinggal kita unggah aja ke badan postingan. Bisa dari hp langsung via aplikasi blog atau transfer ke lappy via kabel data atau flash disk OTG. Setuju kan kalau proses olah foto buat pendukung blogpost itu memerlukan usaha dan waktu? 

    Sebenarmya mengecilkan foto ini juga bisa sih pake aplikasi PicsArt. Cuma saya udah lama ga pake aplikasi ini kecuali buat kolase. Kalau dibandingkan, saya lebih suka Photo Resizer

    Untuk utak atik desain font di foto lebih suka pake Phonto. Selain itu ga fitur yang memungkinkan untuk menimpa arsip lama dengan foto baru yang sudah ramping.  

    Selamat mencoba!



    Blogging vs Vlogging Pilih Mana?

    $
    0
    0
    Blogging vs Vlogging Pilih Mana? Kalau ditanya seperti ini, teman-teman pilih mana? Saya sendiri bakal menjawab blogging. Simpel aja sih, terasa lebih mudah karena sudah terbiasa. Sementara untuk vlogging alasannya karena emang tidak terbiasa, saya juga kerap dilanda kebingungan memikirkan konten untuk vlogging.
    Blogging vs Vlogging Pilih Mana?
    Blogging vs Vlogging.  Pilih Mana?
    Kalau menulis masih bisa menjeda waktu  untuk berpikir apa yang mau diceritakan, lain ceritanya untuk vlogging. Kan, ga mungkin diem lama sebelum mau ngomong apa. Effortnya lebih gede. Belum lagi proses kreatif dan editingnya.  Huhuhu... jadi sebenarnya alasan saya masih mikir mau nge-vlog itu cemen, proses  kreatifnya yang bikin saya nyerah duluan hahaha.

    Eh tapi saya udah punya channel youtube, sih. Belum pede menampilkan muka buat cuap-cuap.  Itu pun video yang ada masih sedikit sekali pemirsanya (puk puk puk). Sementara beberapa channel seleb vlog bikin saya amaze dengan cara mereka meng-update kontennya. Gita Savitri dan Kokoh Hendrawan misalnya. Cerita-cerita keseharian mereka atau obrolan tematiknya menarik, ga bikin bosen untuk disimak.

    Terus saya kapan bisa buat video youtube, ya? Ga usah  mikirin dulu jumlah pemirsanya deh. Yang penting, gimananya itu?
    Blogging vs Vlogging Pilih Mana?
    Bapak Iyus Rustadi kepala cabang JNE Bandung membuka acara

    Nah, 3 Juni kemarin saya barengan teman-teman blogger di Bandung mendapat undangan membahas soal ini bareng JNE di Cafe Bee Hive, Jalan Dayang Sumbi, Bandung. Ada Haykal Kamil, Vlogger yang juga adik kandung Zaskia Mecca dan Pungky Prayitno, Bloggger sekaligus Mahmud dan Bang Aswi dari Blogger Bandung.
    Khusyuk nyimak sambil live twit

    Blogging

    Membuka sesi acara, Pungky berbagi pengalamannya seputar ngeblog. Selama ini kita sering dibuat bingung ketika dihadapkan pada pilihan niche atau tema spesifik  yang akan ditulis di blog. Jadi Beauty blogger? Travel Blogger?  Parenting Blogger? You name it. sebutinlah semuanya. Di sisi lain kita pernah (malah mungkin sering) ingin menulis dengan tema yang random. Ya kan? ya kan? Iya lah biar saya ada temennya :).

    Dan ini kabar baiknya. Ga ada salahnya kok kalau mau nulis blog dengan tema yang bermacam-macam itu.  Coba deh, tengok blog Emaknya Jiwo ini. Semua ragam tulisan ada di sana. Palu gada. Apa yang elu mau, gue ada kok. Mau cari referensi DD Cream yang cocok? Ada. Gimana  tips seputar parenting? Ada juga.

    Walau isinya gado-gado, tetap saja Pungky punya sisi unik yang jadi ciri khasnya. Ga percaya? ya udah stalking aja ke blognya di www.pungkyprayitno.com

    So, jangan rela direcoki gegana, alias gelisah galau dan merana, hanya karena merasa inferior. Blog saya ga niche. Blog saya mah apa atuh.... Hey dear... you're not alone. Bukan kamu aja yang tema tulisannya kayak one stop shopping alias serba ada. Tulis saja apa yang mau ditulis dan jadikan tulisannya yang bermanfaat.  Contohnya kayak tulisannya Pungky itu. Inspiratif.  Tips dari Pungky, kalau mau tulisannya biar tulisannya renyah dan mengalir, anggap saja lagi ngajak ngobrol pembacanya. Jadinya ga kaku dan krik-krikable (ini mah istilah saya,  rada maksa ya hahaha).

    Setuju dong ya, setiap tulisan itu punya rasa masing-masing. Lagian  hanya karena punya niche ga selalu kok blognya otomatis jadi penghuni pejwan alias page one di google search.  Untuk optimasi blog secara SEO itu lain lagi teknisnya. Buat saya sih konten masih numero uno, nomer satu.  Ini juga yang dibilang sama Bang Aswi yang mana konten blognya juga random, dari traveling, sepeda, lari, makanan dan lainnya ada. Yuk nulis lagi di blog!
    Blogging vs Vlogging Pilih Mana?
    Pungky, Haykal dan Bang Aswi berbagi cerita 

    Tentang Vlogging

    Vlogging alias video blogging memang sedang jadi trending di dunia perblogingan.  Bukan hanya para blogger yang ramai-ramai menyemarakkan jagad youtube, tapi juga para pesohor entertainment. Haykal Kamil misalnya. Adik kandung Zaskia Mecca yang pernah membintangi film, FTV dan sinetron pun jadi salah satu seleb di kanal youtube yang sudah punya 15 ribuan subscribers.

    Bagi Haykal, ada tantangan sendiri untuk melakoni profesinya sebagai vlogger. Kalau menjadi aktor diarahkan oleh sutradara. Di vlog, Haikal lebih leluasa berekspresi menuangkan ide-idenya. Dari cerita jalan-jalan sampai review produk.

    And you know what? Jangan selalu melabelkan dunia vlogger itu identik dengan toolsnya yang mahal. Haykal aja memulai vlognya dengan memanfaatkan kamera dari HP, lho. Jadi bener ya, kalau mau serius menjalani sesuatu mah emang niat yang penting. Catet!

    Wait, wait tadi saya bilang soal review produk.  Ini yang membuat dunia vlogger terendus legit. Potensial mendatangkan lembaran-lembaran merah menjejali rekening kita. Asik. Siapa yang ga mau? Ada yang memang dari vlognya itu jadi punya pundi-pundi yang banyak. Tapi sebaiknya dijalani dengan enjoy saja. jangan stres duluan udah dapat berapa dari adsense yang dipasang setiap video terbaru diupload udah tayang di youtube. Niatin aja dulu untuk berbagi, meningkatkan skill dan memperluas lingkaran pertemanan.  Yakin lah, rejeki mah ga akan ketuker.

    Beberapa tips yang disampaikan baik oleh Pungky, Haykal atau Bang Aswi sore itu seputar blogging mungkin bisa jadi booster bagi para newbie di dunia vlogging. Saya kasih rangkumannya, ya.
    • Mulai lah cari ide yang unik. Jangan terlalu mainstream. Misalnya kalau unboxing gadget. Saran Haykal yang memasukan unsur bahasa sunda (bisa bahasa daerah lainnya sesuai bahasa ibu masing-masing) ke dalam videonya bisa dicoba. Atau cerita seputar konser penyanyi yang kita tonton. Coba deh liat cerita-cerita para vlogger hits yang datang ke konser.  Sudah menemukan sisi uniknya?
    • Sebelum membuat rekaman jangan parno mikirin script atau alur cerita yang detil  kalau dirasa ribet. Yang penting kita sudah punya bayangan konsepnya mau ngapain.
    • Kanal  Instagram yang sudah memfasilitasi tayangan video juga bisa dimanfaatkan. Jangan lupa, antara konten video dengan caption harus sinkron. Jangan sampai penonton merasa momen 'zzzz...' alias malesin.
    • Mengalihkan konten blog jadi vloging? Kenapa enggak? Jadi kalau merasa idenya garing segaring-garingnya coba deh scroll lagi daftar blogpostnya. Pasti ada tuh postingan yang kontennya rame dan lumayan viral (setidaknya di antara postingan sendiri). Coba buat konsep videonya dan jadilah aktor atau aktris bagi diri sendiri hihihi. 
    Kesimpulannya? Mau  cuma ngeblog, ngevlog aja atau jalanin dua-duanya itu kembali lagi sama kita. Masing-masing punya tantangan dan pemirsanya masing-masing. Yang mau hemat kuota sambil mengimajinasikan cerita blog adalah pilihannya. Yang lebih suka kombinasi visual dan audio, vlog jadi keasikan baru yang menantang.  

    Anyway terimakasih banyak buat JNE yang sudah menggelar acara Talkshow Unpack Creativity-nya. Semoga bisa ikutan meramaikan acara lainnya.

    foto: Ig @JNE



    Menyentuh Kembali Kenangan

    $
    0
    0
    Saat semuanya serba digital, serba mudah tinggal tap sana tap sini, sesungguhnya ada hal-hal klasik yang sekarang dirindukan. Bahkan nih, punya rasa yang beda. Ga percaya? Contoh gampangnya aja deh, kartu lebaran.  Udah lamaaa... banget saya ga berkirim atau menerima kartu lebaran. 
    Menyentuh Kembali Kenangan
    foto: dokumen pribadi
    Jaman SMP sampai kuliah dulu saya rela menyisihkan uang saku cuma buat ngirim kartu lebaran. Ada yang dibalas kirim balik ada juga yang enggak hihihi. Eh tapi dulu saya pernah ditelpon seorang kenalan dan bilang seneng banget dikirimin kartu lebaran. Hmmm... sayang saya kehilangan kontak dengannya. Padahal dia ini teman ngobrol yang asik.  Parahnya sekarang saya malah lupa-lupa inget namanya *ampuuun, faktor umur ini* Penasaran juga apa kabarnya beliau, ya?

    Efek teknologi digital juga menggantikan posisi foto cetak yang dulu dijepret pake kamera jadul dengan modal roll film. Lumayan banget effortnya untuk menunggu hasil. Bisa jadi harus ikhlas satu atau beberapa foto terbakar atau ngirit-ngirit pose karena cuma ada sekitar 38 kesempatan memotret. Yang nyesekin kalau satu gulungan filmnya terbakar semua.

    Ongkos cetaknya yang waktu itu buat ukuran kantong saya  yang masih kuliah lumayan mahal. Sekali nyetak film ukuran 3R atau 4R  kurang lebih setara dengan uang saku buat seminggu (kalau ga salah). Masa mau ke kampus ngesot atau numpang pick up? Duh malu euy. Belum buat makan kalau lapar, motokopi ini itu, ke rental buat ngeprint makalah dan printilan lainnya pas kuliah. Halah ini malah curhat hahaha.

    Nah sekarang sih enak ya. Dengan modal kamera android, dalam hitungan detik aja foto-foto yang dijepret sudah keliatan hasilnya. Walau bukan dalam versi cetak. Ada yang tertanam di dalam memori HP atau wara-wiri di medsos dengan berbagai caption tertentu. Betul kan, ya? :)
    Menyentuh Kembali Kenangan
    salah dua dari pose-pose terbaik saya :D
    Tapi...kecanggihaan versi digital ini masih punya celah hilang kalau kita ga buru-buru mengantisipasi bikin back up alias file cadangan. Tiba-tiba HP ngehang dan kudu direstart ulang misalnya. Akibatnya  koleksi fotonya tersimpan di internal memory ikutan hilang, atau  memori eksternal SD Card  yang rusak dan ga bisa diapa-apain lagi. Atau nih kalau ada yang pernah mengalami HPnya rusak atau  hilang tanpa sempat menyalin data-data yang ada di dalamnya termasuk foto itu tadi. 

    Saya pernah kehilangan file foto yang perlu diunggah ke blog gara-gara teledor ga buru-buru mengamankannya. Ya udah kalau gitu mah pinjem eh minta punya temen. Ya tentu saja dengan menambahkan credit title dong, ya.

    Kalau urusan foto kayak buat di blog gitu selesai, habis perkara setelah minta tolong teman itu tadi, Namun ada juga beberapa foto yang memorable dan ga kalah nyesekin kalau hilang. Atau kalau pun masih tertanam di memori HP rasanya kok ribet dan rempong gitu kalau harus scroll-scroll album yang tercampur dengan foto lainnya. Bikin siwer dan pusing mengorganisasinya karena sudah ratusan atau  ribuan foto yang ada.  

    Kan ada kalanya kita juga pengen kasih liat foto-foto tertentu sama teman atau keluarga. Sambil cerita:
    "Nih foto saya waktu di sana." atau kalau ada obrolan
    +: " Eh, inget ga cerita di balik foto yang waktu itu kita jalan-jalan tahun kemarin?"-: "Yang mana ya? Lupa :D"+: "Yang ini, lho...."
    Iya kalau fotonya masih ada. Gimana kalau udah ilang? Atau kerabat keluarga kita yang sudah sepuh dan repot kalau kita ajakin geser-geser layar gadget.  Padahal pengen banget bercengkrama sambil nunjukin foto-foto.
    jalan-jalan ke Bali, ngebolang ke Jakarta atau sekadar main ke rumah temen. Semanya jadi kenangan saat lihat-lihat lagi foto-fotonya
    Sama halnya seperti  ucapan selamat hari raya dan segala macam kata-kata pengantar alias caption itu tadi yang versi digital kalah deh nilai rasannya dengan kartu lebaran versi jadul, Hmmm.... apa ya? Semacam ada rasa kenangan yang bisa disentuh, sambil mengingat-ngingat lagi cerita yang terselip di dalamnya. Ada canda tawa atau keharuan yang menyeruak di dalamnya. Feelnya lebih jleb dibanding  versi digital *udah jangan baper*

    Nah, untuk membangkitkan kembali kenangan itu sekarang sudah ada layanan cetak foto dari idphotobook.com lho. Awal puasa kemarin saya memesan dua album untuk dicetak.

    Saya punya satu kebiasaan jelek  yang sembarangan nyimpen foto digital. Akibatnya  lumayan nguras waktu dan pikiran buat mengumpulkannya lagi. Ada yang terserak di timline media sosial,  masih ngendon di memori hp, sebagian di drive google tapi banyak juga yang menguap hiks hiks.... Cuma kenangan samar saat beberapa foto yang terkumpul mengingatkan saya ada foto lain yang entah ke mana. *Eaaa.... curhat lagi. Tuh kan, ga rapi nyimpen file fotonya sih*

    Menyentuh Kembali Kenangan
    makanya jangan jorok nyimpen file foto :D
    Tapi ya udahlah. Saya syukuri aja koleksi foto yang masih aman dan buruan submit  secara online ke idphotobook untuk diolah. Jadi begini caranya. Masuk ke webnya di idphotobook.com. Scroll ke bawah, nanti nemu ini.
    pesan fotonya di idphotobook.com aja
    Klik deh.
    Setelah itu kita akan diarahkan untuk mengisi form, memilih album (jangan lupa membayar dulu charge yang dikenakan). Nah buktinya jangan hilang ya, karena setelahnya  bukti pembayaran itu beserta foto yang akan diolah akan kita kirim lewat form yang nanti dikasih. 

    Waktu saya chat sama salah satu officernya dikasih link via Whatsapp. Bisa sih uoload langsung dari hp kalau emang semua bahannya ada di sana. Tapi saran saya bukanya dari lappy aja, karena mengunggah foto dari HP ke formnya lumayan bikin pegel tangan. Bayangin aja kalau kita nyetor let's say 30-75 foto.  Lumayan cape, kan? 

    Saat mengirim foto itu kita juga sekalian bisa milih warna album beserta ukurannya. juga judul album yang mau dikasih. Kali aja album wedding day, reunian, jalan-jalan atau momen  istimewanya mau dikompilasi dalam satu album, kan?

    Untuk pemesanan tempo hari saya minta dibuatkan album dengan cover warna merah muda dan ungu. Untuk harga yang dikasih menurut saya murah kok.  Misalnya untuk MINI32 NEW dengan dimensi album setebal 32 halaman berukuran    15,7 x 11,8 cm,  dan memuat 38 foto hanya dikenai harga Rp. 125.000,00. 
    Foto: idphotobook.com
    Ada juga paket Large Combo yaitu  dua album large 32 yang sedang promo cuma Rp. 600.00,00 aja (harga normlanya Rp. 700.00,00). Kalau ngambil paket ini kita akan mendapatkan dua album berukuran  20cm x 30 cm setebal 32 halaman. Kalau cuma butuh satu album aja yang udah cukup bayar Rp. 350.00 yang bisa memuat 75 foto. 

    Cincai  alias sepadan deh saya bilang. Karena hasil fotonya cakep, sampulnya hard cover, fotonya dicetak di atas kertas art paper alias kertas glossy yang suka dipake buat majalah itu lho. Soal desain dan lay out serahkan saja sama tim kreatifinya. Tau-tau udah beres dengan pilihan kolase yang kuereen pake banget. Harap bersabar aja ya untuk menunggu pesanan kita mendarat di rumah. Saya sendiri menunggu 2 minggu. Tapi segitu mah cukup lah buat ditungguin, ya.

    Waktu paketnya datang, ternyata diwadahin pake box kayak buat kado gitu, plus buble wrap (asik nih bonus buat dipeletokin sampai kempes semuanya hahaha). Antisipasi yang baik untuk melindungi album foto  dari risiko kerusakan yang mungkin terjadi selama poses pengiriman. Mungkin ke depannya di cover album ini bisa dikasih judul plus nama kita  biar makin berasa keeksklusifnnya. Eh tapi judul album fotonya ada kok di halaman pertama.


    Menyentuh Kembali Kenangan
    Berpoe di atas Bandros (Bandung Tour on the Bus) saat perayaan Asian African Carnival 2015

    Menyentuh Kembali Kenangan
    Ketemu penyanyi cantik Windy Ghemari, pose-pose ala The Virgin pas maen ke Solo
    Menyentuh Kembali Kenangan
    Foto sebelah kiri, seperti tali kasih karena ketemu lagi temen sma setelah ratusan purnama berlalu :D

    Menyentuh Kembali Kenangan
    Foto kiri: meet up sama teman-teman blogger di sebuah acara di Jakarta, foto kanan, berasa pose buat sampul majalah hahah 

    Menyentuh Kembali Kenangan
    Mendadak nonton film bareng Dydie, dan ketemu travel blogger ngehits. Ayo siapa coba?
    Ah ya, sebagian foto di album saya hasil jepretannya Yasinta yang dengan sabarnya ngajarin saya berpose. Kadang diselingi protes. Senyum saya yang maksa lah, lirikan mata yaang kurang pas, gesture yang harus diperbaiki, dan protes-protes lainnya hahaha. Duh jangan kapok ya kalau aku minta tolong foto-fotoin. Sambil lihat-lihat koleksi foto di dalamnya kadang saya tersenyum mengingat cerita dibaliknya. 
    Menyentuh Kembali Kenangan
    Punya temen yang jago foto itu asik, ya ? ehehe
    Kalau koleksi foto lama saya udah tercerai entah ke mana kali ini saya senang banget karena punya album foto yang apik dengan tampilan eksklusif ini. Ga kepikiran lho bakal punya kayak gini. Bahkan buku tahunan saya dari jaman SMP sampai kuliah aja kalah kerennya sama album sekarang. Satu saat saya akan duduk membuka album foto ini sambil bercerita pada teman atau orang-orang yang saya cintai (eaaa)  kisah yang pernah terangkum dibaliknya. 

    Saya udah bikin, nih. Sekarang giliran kalian juga ya bikin album foto di idphotobook.com juga.












    6 Hal yang Pernah dialami Selama Bulan Puasa

    $
    0
    0
    Malam ini Sudah masuk hari ke-28 di bulan Ramadan. Tanpa terasa Lebaran sudah menjelang, ya. Tiba-tiba aja rasanya waktu berlari kencang dan suasana Ramadan yang tenang dan menentramkan akan segera pergi. Lalu tiba-tiba juga rasanya  amalan ibadah selama puasa di tahun ini masih cetek. Masih kurang dan belum maksimal. Ah semoga aja di tahun depan kita masih bertemu lagi dengan Ramadan.

    Anyway, kalau ngomongin ibadah puasa, buat perempuan pasti ada aja masa ketika kita harus cuti puasa karena siklus bulanan. Ya kecuali kalau sedang hamil, belum akhil baligh atau sudah menopause. Ada juga sih yang siklus mensnya ga teratur dan bikin pusanya selalu khatam. Saya punya teman yang puasanya nyaris selalu khatam, ga ada bocornya.  Padahal teman saya ini belum menikah. Pasalnya beliau ini hormon estrogennya kacau sehingga tidak selalu setiap bulannya sel ovumnya luruh dan menjadi darah mens. 

    Ngomongin soal puasa juga biasanya kejadian ini pernah kita alami, juga, lho. 

    Enggak Sempat Sahur.

    Pernah, kan? Ada sebagian orang yang males bangun sahur karena malas masak. Kalau saya, segimana ngantuknya, pas waktunya sahur mah dipaksain bangun.  Selain emang ada bekahnya ya biar kuat aja puasa selama sekitar 14 jam.  Satu waktu saya pernah terlambat bangun sahur. Bener-bener udah adzan. Seteguk air minum pun ga ada yang meluncur lewat kerongkongan. Waktu itu mama ngiranya saya belum bersih dari mens. Jadi pas waktu sahur itu ga dibangunin. Huhuhu.... seharian itu lemes banget saya.  Itu cuma sehari, aja. Terus kepikiran, apa kabar mereka yang 'terpaksa harus puasa' lebih dari 14 jam, ya ? T_T  

    Berbuka Puasa di Jalan

    Waktu masih kerja dulu, saya sering ngalamin buka puasa di perjalanan.  Ga ada pemangkasan jam kerja (keluar jam 17.00) membuat saya dan Eni, teman seperjalanan pulang kerja sering terjebak macet dan berbuka di dalam angkot.  Air minum, cokelat atau sekadar permen untuk membatalkan mesti deh ada di tas.

    Kadang-kadang juga saat berbuka di angkot, suka ada aja penumpang yang menawarkan ta'jil sama penumpang lainnya. Hal yang jarang ditemui kalau di hari biasa. Biasanya ada tiga kemungkinan. Penumpang yang cuek makan atau nawarin penumpang lainnya, walau basa-basi sih, ya. Tapi kan daripada cuek ngunyah depan orang banyak gitu? Nah kemungkinan yang ketiga, meski udah bawa makanan, semisal gorengan atau batagor lihat-lihat sikon dulu. Kalau penumpangnya rame ga enak juga makan di angkot hihihi.  Kalau sekadar minum aja mah ya... masih woles deh.

    Batal Puasa Sesaat Sebelum Adzan Maghrib

    Pernah ngalamin ini? Saya pernah. Waktu itu sekitar 5 menit jelang adzan maghrib saya masuk ke toilet karena pengen pipis. Eh ternyata puasa saya hari itu udahan beberapa saat sebelum adzan. Sempet ngeluh, eh kemudian lalu diceramahin mama. Muahaha... Ga boleh gitu. Ya kadang nyesek sih ya. Berasa nanggung. Kepikiran kalau waktu coba ditahan dulu kepengin pipisnya. Eh tapi ga boleeeh. Ga boleh protes sama sunatullah.  Biar ga nyesek dan'protes' lalu saya berpikir gini. Ya udah deh, ga papa. Daripada saya ga mens dan ternyata ada masalah dengan organ reproduksi. Ya, kan? 

    Kejadian nyaris sama, saya alami lagi tahun ini. Bedanya kali ini saya harus membatalkan puasanya jauh lebih awal. Beberapa saat saja setelah adzan subuh.  Ya udah, buat penanda kalau emang ga puasa, saya minum aja :D

    Punya Utang Puasa yang Banyak

    Normalnya durasi menstruasi saya selama sebulan ga lebih dari  7 hari. Kalau pas dapetnya di awal puasa, akumulasi utang puasanya bisa jadi lebih banyak. Soalnya  jeda dari satu siklus mens ke mens berikutnya ga pas 30 hari. Antara 24-28 harian gitu deh. Nah, dua tahun kemarin utang puasa saya lumayan banyak karena emang batalnya di awal bulan puasa. Ya otomatis deh, di akhir bulan puasa batal lagi. Konsekuensinya  nyicil utang puasanya jadi banyak.

    Belajar dari pengalaman, nyicil utang puasanya jangan ditunda-tunda. Karena kalau dinanti-nanti, tiba-tiba aja udah jelang bulan puasa lagi. Lalu berasa ngos-ngosan deh nyicil qadha puasa. Hmmm.....enggak-enggak lagi deh.

    Sahur dengan Ketupat dan Opor

    Bukan hal yang baru kalau terjadi perbedaan penentuan 1 syawal.   Yang ga boleh itu kalau pas puasa ikut yang versi belakangan tapi pas 1  syawalnya ikutan yang lebih awal.. Huuu curaaang itu...

    Terus pernah ga ngalamin karena ternyata sidang isbat memutuskan hilal belum muncul dan kita puasa lagi besoknya? Berhubung udah bikin ketupat dan opor, jadilah sahurnya istimewa, berasa lebaran karena menunya pake ketupat, opor, kadang pake kerecek dan sambal goreng kentang hihihi Sahur yang istimewa.

    Ga Ikut Salat Ied

    Pernah ngalamin juga? Jadi pas waktunya salat ied, kita ga bisa ikutan karena lagi dapet itu tadi. Tapi diem di rumah aja juga ngapain, sepi. Ga asik. Mending ikutan pergi ke lapang atau masjid bareng sama yang salat ied. Walau ga ikut salat, kan masih bisa denger khutbahnya. Bisa silaturahmi sama tetangga yang sama-sama jalan atau balik dari salat ied. Suka ada aja ketemu tetangga lama yang udah hiatus  alias hijrah eh ternyata dia lagi mudik. Lagian  kalau pergi salat ied setau saya setiap langkah akan menghapus dosa (cmiiw).  Sayang banget kalau diabaikan.

    foto: republika
    Hmmm... kira-kira kejadian apa lagi selama puasa ini  yang mungkin kita temui, ya? Ada yang mau nambahin? Komen, ya. :)







    Insya Allah Sah,Tentang Nazar dan Pertemuan Yang Kebetulan

    $
    0
    0
    Saya termasuk tipe orang yang percaya tidak ada sesuatu yang kebetulan yang dialami, termasuk ketika bertemu dengan satu atau beberapa orang dalam satu tempat atau satu waktu. Ada kalanya kebetulan itu mengantarkan saya pada kejadian-kejadian di masa depan yang entah menyenangkan atau mengesalkan. 

    Pernah dengar pepatah bahasa Inggris seperti ini?
    "everything happen for a reason"
    Seperti itu juga situasi yang dialami oleh Silvi (Titi Kamal) gadis cantik akan dilamar oleh kekasihnya, Dion (Richard Kyle) pengusaha muda  dalam film Insya Allah Sah.

    Setelah melalui berbagai insiden yang menggemaskan, mulai dari ditilang polisi yang susah diajak damai alias idealis, tapi narsis dan lebay (Tanta Ginting) sampai terjebak dalam lift yang macet bersama orang aneh bernama Raka (Panji Pragiwaksono). Silvi akhirnya bertemu juga dengan Dion dan resmi dilamar,  diiringi dengan seremoni yang heboh dari dua warna, tari-tarian ala pemandu sorak yang dipandu Ari Tulang, dan  sambutan  yang syar'i dari tim rebana yang ternyata adalah timnya Raka. 

    Belakangan Silvi mengetahui kalau ternyata Raka adalah staf  barunya Dion, semacam asisten atau penasihat spiritual. Mau tidak mau membuat Silvi semakin sering bertemu dengan Raka dalam drama yaang menyulut kekesalan sekaligus menggelikan.

    Pertemuan pertama Silvi dengan Raka dalam lift menjadi benang merah cerita  yang berdurasi selama kurang lebih 83 menit. Saat itu, Silvi tidak ingin mati konyol di dalam lift. Demi keselamatan dan obsesinya untuk menikah, ia berdoa pada Allah dengan berbagai janji , asal ia bisa selamat keluar dari lift. Doanya terkabul. Tapi kemudian Silvi lalai dengan janjinya yang lumayan banyak.

    Bersama Dion, Silvi kemudian menyusun rencana pernikahan yang akan dilangsungkannya. Penentuan tanggal yang dipilih Silvi dan Dion  yang keukeuh memilih tanggal 17 Juli 2017 (tanggal yang cantik karena mengandung unsur angka 7) - yang berimbas pada repotnnya mencari gedung -  tidak lepas dari interupsi Raka.  Bagi Silvi ini soal penting, tapi menurut Raka bukan soal prinsip yang harus dipertahankan. 

    Raka yang cara berbicaranya seperti Aa Gym seperti udara yang selalu mengikuti Silvi ke mana saja.  Bukan hanya telepon yang selalu mengingatkan untuk salat dan menagih nazar dalam doa yang pernah disebutkannya dalam lift, tapi juga mengganggu saat-saat romantis ketika berduaan dengan Dion. Dengan alasan belum sah, Raka yang melafalkan  'ef' dengan 'ep' dan memanggil Silvi dengan Silpi,  selalu berhasil melerai kemesraan dan memancing kekesalan Silvi. Di sisi lain saya sempat bingung karena Raka selalu mengekor ke mana saja Silvi pergi tanpa pihak ketiga untuk menghindari fitnah. Merek bukan mahram, kan? 

    Kesialan demi kesialan yang dialami oleh membuat Silvi tertekan dan nyaris putus asa.  Raka yang selalu meyeringai dan berekspresi seperti anjing yang sedang mengendus-ngendus mengingatkannya, jangan-jangan apa yang selama ini dialaminya adalah teguran halus karena Silvi melalaikan nazar yang pernah diucapkan ketika terjebak dalam lift tempo hari. Raka yang ternyata detil dalam ingatan,  menyadarkan Silvi  ada janji yang belum ditunaikan seperti menyantuni anak yatim dan menjadi wanita yang lebih baik dan solehah.  

    Keinginan baik Silvi dan Dion yang ingin menikah segera sebenarnya tidak akan begitu ribet kalau saja  tidak direcoki dengan hal yang bukan prinsip. Dari film Insya Allah Sah yang diadaptasi dari novel karya Achi TM ini,  kita belajar kalau Allah selalu tahu yang terbaik bagi hambanya. Bukan berarti doa yang kita langitkan diabaikan Allah. Saya paling suka di adegan ketika Raka bilang begini:
    "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan. Itu teh kata Allah swt, Teh. Tapi ga semua yang kita minta lagsung dikabulkan. Misalnya menguji iman kita, membersihkan dosa dan kesalahan kita, atau ingin mendengar suara kita."
    Ketika Silvi merasa semuanya janjinya ditunaikan, Silvi menemukan kenyataan lain, dan membenamkannya dalam situasi yang sulit. Dion tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh Silvi. Setelah menit demi menit penuh gelak tawa, saya ikut meleleh merasakan kesedihan Silvi walau sebentar saja. Hiburan Raka untuk Silvi yang diakhiri dengan ucapan "pasti mau bilang amit-amit," membuat saya tergelitik untuk ngakak lagi.

    Akting Panji yang lugu tapi mengesalkan sebagai Raka dan  gemesannya Titi Kamal yang penuh drama menjadi ruh utama film besutannya Benni Setiawan ini.  'Keresean' Raka yang bikin Silvi gondok ikut menular pada saya selama nonton. Duh, jangan sampai ketemu orang kayak dia, deh. Bisa-bisa stok kesabaran saya langsung surut.

    Adalah hal yang wajar kalau kita berada di posisi Silvi menganggap Raka bukan sosok teman yang menyenangkan untuk mengingatkan dalam kebaikan,  melainkan sumber kesialan yang ingin kita buang sejauh mungkin. Tapi seperti yang saya bilang tadi, ga ada sesuatu yang kebetulan tanpa hikmah, kan? Raka hadir dalam kehidupan Silvi dan Dion karena menjadi puzzle pelengkap perjalanan hidup Silvi.

    Setelah film Shy Shy Cat dan Baracas, kehadiran personil aktor-aktor senior seperti Daan Aria yang lidah sundanya kental menyebut view dengan piyu,  Iyank yang berperan sebagai tukang ojek atau Joe dan Budi Dalton serta Ira Maya Sopha misalnya  menjadikan situasi komedi karakter sundanese terasa kental. 

    By the way, film yang ringan tapi sarat makna ini juga diramaikan oleh banyak aktor/aktris juga, lho. Kehadiran cameo seperti  Lidya Kandou, Deddy Mizwar, Prily Latuconsina, atau Reza Rahadian tidak membuyarkan pesan yang ingin disampaikan oleh film ini. Dilabeli untuk usia 13 tahun ke atas, film dengan genre drama komedi ini bisa jadi tontonan keluarga yang  dekat dengan keseharian kita.


    Viewing all 733 articles
    Browse latest View live