Suka atau pernah baca bukunya Raditya Dika? Kalau lagi atau pernah baca Koala Kumal, pasti familiar sama dialog yang satu ini.
Iya, di sini diceritakan kalau Dika lagi cari kucing buat nemenin dia di rumah. Beberapa peternak kucing dia kunjungi untuk mendapatkan kucing peliharaan yang nge-klik, salah satunya adalah dengan mengunjungi peternakannya Pak Laiman itu. Akhirnya, Dika menemukan soulmate eh kucing yang ngeklik itu di breeder lainya, Mas Ino. Seekor kucing jenis Scotish Fold yang dipanggilnya Si Bos.
Oke, cukup sampai di sini. kutipan di atas cuma sebagai teaser buat tulisan saya di blog, bukan mau baha novel dodolnya Dika (sejak kapan Raditya Dika punya pabrik dodol?) yang emang kocak tapi rada bikin kasuat-suat itu. Resensinya nanti saya bikinin deh di tulisan lain dan blog lain yang masih punya saya juga. Halah, tulisannya kebanyakan oot dan muter-muter gini, ya? Eh tapi benang merahnya masih sama kok, tentang kucing.
Punya piaraan kucing atau pernah miara mahluk berbulu yang lucu ini? Sebenarnya ga mesti kucing angora, kucing siam atau kucing ras yang punya kasta 'keren' lainnya lho yang punya wajah lucu. Kucing kampung juga banyak yang punya muka lucu dan tingkahnya ngegemesin. Paling ngehe sih kalau udah nyolong daging, dendeng atau ikan. Ya pokoknya sejenis makanannya mereka, lah. Wajar sih kalau mereka doyan daging karena struktur giginya memang strukturnya hewan karnivora, pemakan daging bukan pemakan daging dan tumbuhan alias omnivora, meski tidak menutup kemungkinan ada juga kucing yang suka dikasih nasi. Tapi dalam jangka panjang ternyata nasi bisa merusak pencernaan mereka. Nah, lho. Gimana kalau udah gitu?
Dulu waktu kecil saya suka ngasih makan kucing dengan daging yang dicampur nasi. Dipikir-pikir kasian juga kalau kita misuh-misuh, sebel karena kucingnya ga mau ngabisin nasi. Kita yang salah bukan kucingnya. Lah, nasi kan bukan makanan kucing kan, ya? Sama juga kayak kita ga mungkin makan semut, karena kita... bukan trenggiling jiahahaha.... makin ngaco.
Balik lagi sama kutipan dialog di atas, kucing piaraannya baikanya disteril aja, biar ga centil pacaran dan beranak pinak. Itu juga yang dibilang Pak Laiman sama Dika, masih di novel yang sama.
Duh, ga tega bayanginnya, rasanya tidak berperikekucingan. Saya jadi inget teman kerja saya dulu yang curhat hampir nangis karena merasa bersalah udah mensteril Omeng, kucing kesayangannya biar ga bisa kawin alias membuahi betinanya. Meski (sekali lagi) cuma dari kasta kucing kampung, tetep aja kucing kampung mah ada aja yang kece.
Contohnya nih, si Emeng kucing kampung betina yang suka masuk rumah saya. Ga niat miara, tapi dia kok merasa hommy ya tinggal di rumah saya. Suka sih, cuma ga bisa ngurusnya. Apalagi orang tua saya juga ga begitu suka, tapi ga melarang untuk memberi makan.
Sekitar April kemarin ini Emeng numpang bersalin di ruma saya. Kalau udah gini Mamah dan Apa ga bisa ngapa-ngapain, ga mungkin ngusir atau mendeportasi emeng dan ketiga anaknya. Kadang nyebelinnya dari kebiasaan kucing ini suka seenaknya dia mindahin anaknya. Ya namanya juga kucing:D.
Satu malam, sekitar jam 22.00an, saya baru pulang ke rumah dan disambut dengan wajah-wajah panik adik saya. Anak-anak si Emeng hilang! Masih mending kalau ada di tempat yang safe. Lah. gimana coba kalau di tempat lain? Di luar sana hujan lumayan rapat, meski enggak deras tapi tipikal hujan yang awet. Belum lagi kekhawatiran kalau ketemu tikus got yang posturnya jelas lebih gede dari anak-anak kucing. Iya, kucing emang doyan makan tikus tapi kalau anak kucing yang baru brojol itu ketemu mahluk jelek,berbulu dan dan bau itu lain ceritanya.
Akhirnya kami heboh nyari-nyari anak-anak kucing itu. Fiuuh, akhirnya ketemu juga. Guess what? Kami menemukannya di gang di belakang rumah yang gelap! Ga kepikiran suasana yang udah rada spooky. Akhirnya kami bisa mengungsikan anak-anak kucing ke rumah dan emaknya dong, ternyata ikut panik.Begitu tau anak-anaknya udah ketemu, dia ikutan menyusup ke dus yang sudah kami alasi dengan lap bersih dan memeluk anak-anaknya yang kuyup dan belum bisa melihat. Hiks..... touchy.
Sekarang anak-anaknya Emeng udah gede, dan sesuai kesepakatan dengan ortu, mereka harus dilepas ke alam bebas. Omeng, kucing hitam yang manis dan saya sayangi itu udah menghilang duluan sebelum dilepas ke luar, entah ke mana. Semoga kamu baik-baik saja ya, Omeng.
Si Emeng? Kucing kampung yang cantik ini seperti biasa, kembali bunting dan beranak. Kali ini dia ga melahirkan di rumah saya. Entah di mana, tapi sempat bawa anak-anaknya main ke rumah saya, lho.Hahaha... serius ini. Dia bawa anak-anaknya ke rumah saya. Entah mau ngenalin atau gimana. Duh dasar nih kucing.
By the way si Emeng sekarang terlihat lebih montok. Bohay lah kalau kata Sule-nya Ini Talk Show mah. Mudah-mudahan bukan karena lagi bunting.