Quantcast
Channel: Catatan Efi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 738

Kevin Gani: Apresiasi SATU Pejuang Pangan Berkelanjutan

$
0
0
Pernah melihat sisa makanan yang tidak habis seperti di acara resepsi, resto atau tempat lainnya kan? Saya tuh suka merasa sedih dibuatnya. Seriusan? Sebanyak itu makanan yang ga habis? Misal di sebuah acara pesta pernikahan dalam setiap 30 menit ada 20 piring makanan yang menyisakan makanan yang masih ada di piring.
sumber foto: gardapangan.org
Sebutlah acara resepsinya berlangsung 3 jam (ya anggap aja umumnya acara dimulai dari jam 11.00 sampai 14.00), berarti ada 120 piring yang masih punya sisa makanan. Itu belum dihitung di stand makanan semacam cake, aneka mie/pasta, bakso atau hidangan lainnya. Makanya, saya  selalu berusaha mindful untuk mengambil makanan. Sebelumnya udah memperkirakan porsi yang pas agar habis tidak bersisa.

Sampah Makanan Masalah Bagi Lingkungan
Beberapa waktu yang lalu juga saya baca berita kalau TPA Sarimukti yang menampung sampah di area Bandung Raya kembali overload. Lebih dari setengahnya adalah sampah makanan. Pada tahun 2023 saja dari target kapasitas 2 juta ton, jumlah sampah yang masuk saat ini sudah mencapai 14 juta ton. Overload sekali. Saya jadi inget beberapa waktu lalu ketika TPA Sarimukti ditutup sampah-sampah sisa pasar tumpah di beberapa titik berceceran di pinggir jalan.

Dibiarkan meresahkan, tapi kalau diangkut juga mau dibawa kemana? Dilematis tapi harus segera diatasi. Itu baru di Bandung saja. Kalau mau naik level yang lebih tinggi fakta yang tersaji lebih mengerikan. 

Indonesia jadi 'runner up' penghasil sampah makanan di dunia. Bukan prestasi dong. Andai bisa diolah bukan saja menghemat banyak aspek tapi juga bisa mengatasi masalah makanan dengan menyalurkan makanan yang masih layak pada mereka yang membutuhkan.
sumber foto: https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
Sama halnya juga dengan yang dirasakan oleh Kevin Gani, pemuda Pejuang Pangan Berkelanjutan. Pemuda asal Surabaya Jawa Timur ini baru saja terpilih sebagai penerima Apresiasi SATU AWARD untuk periode tahun 2024 untuk kategori bidang lingkungan.

Kevin dan Garda Pangan
Kevin mendirikan Garda Pangan pada tahun 2017 yang berfokus pada isu sampah makanan dan kesetaraan akses pangan di Surabaya. Langkah yang dilakukannya adalah dengan cara mengumpulkan surplus makanan yang didapatkan dari industri penghasil makanan olahan seperti hotel, bakery, kafe, restoran, rumah makan, katering dan industri sejenis lainnya.

Tentu saja Kevin tidak asal menampung karena makanan-makanan ini masih layak untuk dikonsumsi dengan cara menjemput bola. Kualitas makanan lebih terjaga selain itu juga distribusinya lebih cepat tersampaikan kepada penerima manfaat.
sumber foto: gardapangan.org
Pada pelaksanaanya, Garda Pangan juga menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) agar makanan tetap higienis mulai dari penjemputan sampai diterima kepada masyakarat sehinggi martabat mereka juga tetap terjaga

Inspirasi dari Surabaya untuk Kota-kota Lain
Di sini saya jadi mikir, yang di Bandung mau mengadopsi cara ini juga ga, ya? Selain cerita di acara resepsi yang saya ceritain tadi kan Bandung tuh terkenal dengan industri food and beveragenya. Ada aja tuh kreasi makanan atau minuman baru, kafe-kafe kekinian yang entah suah berapa banyak. Laris manis ya syukur tapi kalau tersisa alangkah lebih baiknya dimanage biar ga jadi mubazir.

Pernah tuh saya ngobrol sama tetangga saya yang jualan es kelapa muda. Saya pernah nanya sama beliau tuh batok-batok kelapa di kemanain sih, bu? Ibunya cerita dia sendiri bingung mau di kemana-in, tapi kan lingkungan di sekitar tempatnya jualan harus tetap terjaga kebersihannya. "Eneng kalau mau ambil aja, gratis," gitu katanya. Saya menggeleng karena kalau ditampung pun ga bisa mengolahnya .

Jadinya beliau ini mengalokasikan Rp. 400.000 buat membayar tukang sampah untuk mengangkut sampah cangkang kelapa itu biar ga menumpuk. Saya bisa membayangkan kalau sisa-sisa kelapa itu ga diangkut sehari aja udah menggunung tuh di samping depotnya.
ilustrasi pemanfaat batok kelapa. sumber https://jadesta.kemenparekraf.go.id/
Padahal nih selain dijadikan souvenir atau ornamen pelengkap fashion, batok kelapa juga bisa diolah menjdi salah satu alternatif bahan bakar atau briket di industri-industri kecil. Bisa jadi multiplier effect ke sektor lainnya sebagai alternatif bahan bakar non fosil. Ya, kan?

Sisa Makanan Tak Terpakai Tetap Bermanfaat
Balik lagi ke Garda Pangan. Selain mendistribusikan makanan-makanan ini bagi 28 ribu penerima manfaat dari masyarakat kurang mampu, Kevin dan teman-temannya juga tidak hilang akal mengatasi sisa makanan yang tidak layak. Garda Pangan juga memanjangkan langkahnya dengan melakukan upaya lain yaitu mengolah makanan yang sudah tidak layak konsumsi diolah menjadi pakan ternak sehingga bisa meminimalkan sampah.
sumber foto: gardapangan.org
Seperti ide yang saya pikirkan tadi ternyata limbah makanan sisa ini juga bisa diolah dengan memanfaatkan teknologi biokonversi BSF (Black Soldier Fly). Hasil pengolahannya behasil mereduksi emisi gas rumah kaca hingga sebanyak 533.900 kg. Sebuah capaian yang fantastis. Bayangin saja kalau sampahnya ga diolah. Bukan cuma soal polusi udara dari aromanya yang menganggu tapi juga mengundang masalah baru yang mengusik kesehatan bagi masyarakat di sekitar.

Edukasi untuk Anak-anak Sekolah
Garda Pangan juga ga cuma menyasar orang-orang dewasa sebagai penerima manfaat atau memberikan edukasi tentang pentingnya kesadaran memperlakukan makanan dengan kesadaran. Ini nih, yang saya suka dari Garda Pangan, menanamkan kesadaran sejak dini untuk anak-anak dengan program Kids Education-nya. Sederhana tapi bermakna.

Jangan sampai kesadaran ini terputus tanpa adanya estafet sebagai upaya keberlanjutan mengatasi masalah sampah makanan ini kan?
sumber foto: gardapangan.org
Mereka diajak terlibat dalam simulasi permainan yang membuat mereka lebih mudah faham dan melakukannya dengan riang gembira.Cara ini lebih mudah dicerna mereka tanpa harus membuat mereka jadi mikir. Pas banget.

Apresiasi SATU untuk Teladan Kevin Gani
Apa yang dilakukan Kevin adalah sebuah aksi nyata untuk mengurangi food loss dan waste, dan memberikan pemahaman yang sederhana akan pentingnya mengelola dan mengonsumsi makanan hingga proses akhirnya menadji sampah seminimal mungkin.
sumber foto: gardapangan.org
Saat ini sudah ada 1.500 relawan serta kemitraan yang berkolaborasi dari pelaku usaha yang turut berpartisipasi. Ini seperti sebuah pepatah lama yang masih relevan. Sekali mendayung, 2-3 pulau terlalui. Bukan cuma soal sampah makanan yang teratasi tapi juga membantu mengatasi masalah gizi masyarakat dengan cara yang layak dan bermartabat.

Kolaborasinya Garda Pangan ini memang inspiratif. Makanya, ga heran kalau akhirnya sang penggagas, Kevin Gani mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards untuk kategori penerima apresiasi bidang lingkungan sebagai Pejuang Pangan Berkelanjutan.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 738

Latest Images

Trending Articles