Saya termasuk tipe orang yang percaya ynamanya kekuatan semesta mendukung, alias mestakung. Misalnya gini, lagi kepikiran pengen ke main ke Bali, entah gimana tiba-tiba aja saya dapat hadiah lomba blog, yang hadiahnya jalan-jalan Ke Bali. Lain waktu, saya lagi inget sama temen lama, eh tiba-tiba dia menghubungi ngajak ketemuan. Kalian juga pasti pernah, deh, ngalamin satu waktu terus mikir gini: Eh kemaren-kemaren kan lagi pengen ini, pengen itu. Kok bisa ya, kesampaian? Hayo, pernah, kan?
Nah, akhir Agustus kemarin tuh saya abis nonton film Jembatan Pensil. Dalam beberapa adegan, saya dibikin amaze dengan jernihnya air sungai yang kehijauan. Walau ga bisa renang, minimal kecuprakan (duh apa atuh, ya, padanan kataya dalam bahasa Indonesia?), maen-maen di situ. Di Bandung, kalau pun ada sungai yang beningnya kayak gitu kayaknya perlu usaha luar biasa untuk mewujudkannya. Hiks... malah curhat.
Ga pake lama setelah nonton film itu tadi, saya diajakin Bang Aswi bareng teman-teman Blogger dari kota-kota lainnya (Jakarta, Bogor, Yogya dan Surabaya) untuk main ke Citumang menikmati Glamping di sana. Pas lihat-lihat foto-fotonya di akun IG Citumang bikin saya terpesona. Ya Allah, indah banget. Terutama beningnya air di sana itu loh, yang bikin saya kepincut (((kepincut))). Mauuuuu saya bilang.
Biasanya kan kalau glamping itu tidurnya di dalam tenda yang nyaman dan cozy ala-ala hotel,nah ini mah tidurnya di dalam container. Unik, kan? Emang ga berasa kayak ikan sarden gitu, Fi? Ga panas? Nyaman, ga?
Wait... wait... sabar. Saya mau ceritain, ya.
Glamping dengan konsep container ini mungkin adalah hal yan pertama ada di Indonesia. Berlokasi di Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Pangandaran, setelah menempuh perjalanan 4 jam dengan kereta api dari Bandung dan dilanjutkan dengan naik elf selama 2 jam dari stasiun Banjar, akhirnya kami sampai juga di lokasi. Setelah mengambil kuncil kamar dan makan malam, plus ritual malam (jangan mikir aneh-aneh, ini maksudnya cuci muka, gosok gigi dan sebagainya) barengan teman sekamar Tari "Raisa" dan Mbak Tanti saya segera tidur, berisitirahat sambil ngecharga badan yang udah lelah. Zzzz....
![]() |
pintu kamar mandinya keren, ya? |
Pagi-pagi sebelum mengikuti acara Body Rafting (yang ini nanti saya cerita terpisah, ya), kami menikmati sarapan dulu. Tempat makannya pun dirancang dengan konsep ga kalah kerennya. Membangkitkan hasrat berfoto hahaha.
![]() |
Halaman luar lobi HAU Citumang |
![]() |
ruang dalam lobinya juga ga kalah kece |
![]() |
Selfie atau wefie di luar boljug, lah |
![]() |
Ini kalau ga salah pake kameranya Dian, hihihi lupa :) Sarapan? Hayu, tapi wefie dulu, yooo |
Tadinya saya kira menu sarapan yang kami nikmati itu nasi kuning. Ternyata bukan. Tapiya nasi goreng cikur (kencur). Komposisi bumbunya pas, enak. Kalau lupa malu pengen deh, nambah lagi hahaha. Eh tapi perut terlalu kenyan nanti malah nyusahin saya pas game body rafting siangnya.
![]() |
Sarapan khas ala HAU Citumang, rasanya juara! |
![]() |
wastafelnya unik banget, ada tuas di bawah yang bisa kita geser untuk menyalakan atau mematikan aliran air di keran |
Ngomong-ngomong soal kamar-kamar di sini, kontainer yang terdapat di HAU Citumang terdiri dari 10 kamar. Rencananya, menurut Pak Hendra sang owner, ke depannya akan ditambah 15 lagi, jadi totalnya akan ada 25 kontainer di sini.
Kalau diperhatikan, jarak antara satu kontainer dengan kontainer lainnya tidak sama persis, ada yang berdekatan, atau lebih renggang. Pas kami tanyakan, ternyata memang sengaja disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Karena sejak awal mengusung konsep ecotourism, proses pemasangan setiap kontainer tidak sampai mengorbankan pohon-pohon yang sudah ada, meski risiko biaya yang dibutuhkan jadi membengkak.
![]()
![]()
Menggunakan jasa tim ahli yang didatangkan dari Jakarta, setiap bagian dari kontainer dipasang dadakan (dih tahu bulat kali, ah). Yang bikin saya takjub walau jarak satu kontainer dan kontainernya berbeda, kalau luas di dalam kontainer mah sama aja. Kok bisa ya, pas gitu? Meskipun dinding-ddindingnya terbuat dari bahan kontainer, tapi di dalamnya mah adem aja kalau pas siang. Enggak akan membuat kita serasa dipanggang. Selain ada AC, disediakan juga tv kabel yang layarnya jernih, bebas dari recokan 'semut-semut." Lumayan jadi media hiburan alternatif, karena pas ke sana itu sinyal seluluar sungguh bikin saya terharu, alias on off wkwkwk... Positifnya kami jadi bener-bener menikmati liburan di sini, ga terdistraksi ngoprekin notifikasi chat atau medsos. Ke depannya sih manajemen Eco Lodges Citumang akan melengkapi fasilitas wifi, karena tidak menutup kemungkinan akses komunikasi dengan dunia luar adalah hal yang urgen sekali, kan?
HAU Citumang yang berarti How Are You Citumang ingin mengangkat kembali keramahtamahan orang-orang Indonesia. Di sisi lain, HAU juga rada mirip dengar pengucapan hawu alias perapian yang suka digunakan urang-urang sunda untuk menghangatkan tubuh. Hau juga bis identik dengan ungkapan hauce dalam bahasa Cina yang kurang lebih bermakna enak. Berlibur Citumang ini memang enakeun. ya kamarnya, ya masakannya, ya spot-spotnya juga. Bikin betah, dan ga mau pulang wkwkwk....
Jangan khawatir selama staycation di sana kita jadi mati gaya dibuatnya. Bosen leyeh-leyeh di kamar, tersedia area bersantai yang ga kalah menariknya untuk dijadikan latar foto. Mau swafoto atau difotoin? Hayu wae lah. Sementara ini cuma tamu yang nginap di HAU Citumang saja sih yang bisa puas-puasain berpose di sini. Tapi tenang, nantinya juga dibuka untuk umum, kok.
Gimana, sudah ngiler dan mulai kepikiran mau staycation di HAU Citumang? Budgetnya ga terlalu boros, kok. Untuk menginap di sini, per kamar dikenai charge Rp. 750.000 saja di hari biasa, sedngkan di akhir pekan, biaya yang harus dibayar adalah Rp. 1.000.0000, ini udah include sarapan, loh.. Cincai, kan? Kalau mau nambah kasur alias ekstra ebd juga, bisa.Untuk booking kamar bisa menghubungi Ery di nomor 0813-2012-0999, atau bisa booking juga Traveloka.