Emang saya yang kudet atau gimana gitu, ya ... waktu pelayan di sebuah kedai menyajikan roti tuna dengan sajian beralaskan talenan kayu saya terpesona. Ih cakep (platingnya, bukan pelayannya, lho).
Kekepoan membuat saya cuek bertanya sama ownernya yang waktu itu lagi menemani saya dan teman-teman blogger yang lagi food test.
Kenapa sajiannya pake talenan?
Dan... jawabannya simple, aja.
"Biar instagramable"
Gubrak!
Tapi dipikir-pikir sih emang ya... Udah jadi kekinian, kalau sebelum makan, makanannya difoto dulu dan diunggah ke sosmed sebelum dimamah biak sang fotografernya. (ish mamah biak???)
Ternyata sudah banyak yang memanfaatkan talenan untuk media menyajikan makanan biar terlihat cantik dan keren saat diunggah ke akun sosmed, terutama instagram. Semoga kita ga lupa juga buat berdoa sebalum memakan makanan itu tadi, ya (halah belibet ga, sih?)
Eh tapi.... ada misteri di balik talenan ini yang mungkin saja kita abaikan atau ga ngeh. Serius, deh. Makanya jangan klik silang atau klik tombol back di sudut atas browsernya, ya. :D
Coba perhatiin talenan yang ada di rumah Punya berapa satu? dua? atau lebih? Punya bahan apa sih yang ada di rumah? kayu atau plastik?
Benda yang satu ini pastinya akrab dipake di dapur meski buat masak yang cetek semacam nasi goreng, ya. Minimal buat ngiris bawang merah atau bawang putih. Rasanya hampir semua masakan punya bumbu dasar bawang. Ga ada bawang rasanya hampa rasa makanan. Eh tapi ada juga yang ga suka kalau keliatan sedikit saja ada irisan atau potongan bawang (bawang merah, bawang putih,atau seledri dan bawang daun) yang masih kentara. Kayak adik saya, tuh. Pokoknya enggak banget buat dia. Mendingan berhenti makan. Hmmm.. segitunya.
Selain mengiris bumbu dapur, talenan juga paling sering kita pakai buat memotong bahan lain. Daging, misalnya. ternyata nih, ada fakta menarik yang berhubungan antara talenan, bakteri dan daging.
Hasil penelitian yang dilakukan di sebuah Universitas di Swiss menunjukan hasil kalau talenan yang digunakan untuk memotong daging unggas ditemukan banyak bakteri E.Coli. Sementara talenan yang dipakai untuk memotong daging sapi dan ikan malah tidak ditemukan sama sekali bakteri. Menarik, ya?
Temuan lainnya nunjukin kalau talenan bahan kayu mengandung lebih banyak bakteri daripada yang berbahan plastik. *yaiks*
Jadi nih, enggak cukup mencuci talenan begitu saja setelah dipakai. Untuk mengikis alias meminimalkan bakteri yang tersisa, sebaiknya gunakan air panas untuk membersihkannya setelah dibilas dengan air mengalir.
Selain rajin mencuci talenan dengan benar, sebaiknya kita juga punya talenan lebih darii satu. Jadi talenan yang dipake buat memotong daging (terutama ayam atau unggas) dipisahkan dengan talenan untuk bahan lainnya.
Jangan lupa juga lho untuk mengganti spon yang digunakan untuk mencuci talenan. Ganti ah kalau udah ga enakeun atau ga layak lagi. Karena katanya (lagi) spon yang biasa kita pake buat nyuci ini juga diketahui mengandung bakteri yang banyak. Hiiiy,.... serem, ya.
By the way kenapa jadi bahas soal talenan, Fi?Mulai doyan masak?
Hehehe... mulai, tapi ga rajin. Masih yang gampang karena kepaksa. Kepaksa masak sendiri di rumah biar makanannya lebih apik, lebih terjamin bahan dan mengurangi pemakaian MSG atau penyedap. Kecuali kalau kepaksa makan di luar, ya.